China Meningkatkan Anggaran Militer Sebesar Rp3.600 Triliun, Siap untuk Melawan Taiwan?

by -352 Views

BANDA ACEH – Pemerintah China meningkatkan belanja pertahanan sebesar 7,2% menjadi hingga 1,67 yuan sekitar Rp3,656 triliun pada tahun 2024 ini. Diketahui, hal tersebut terjadi saat China masih terus mencoba untuk mengklaim Taiwan sebagai bagian integral dari wilayah kedaulatannya.

Peningkatan tersebut membuat China menjadi nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat dalam hal anggaran militer. Meskipun demikian, perkiraan tidak resmi menunjukkan bahwa pengeluaran negara tersebut mungkin lebih besar daripada yang mereka klaim secara resmi.

Ekspansi anggaran militer China pada tahun ini meningkat 7,2% dibandingkan tahun sebelumnya dan 7,1% dibandingkan tahun 2022. Peningkatan ini juga terjadi saat negara yang dipimpin Xi Jinping itu menyatakan akan terus melawan plot kemerdekaan Taiwan yang dianggap sebagai keniscayaan sejarah.

“Tetap tegas menentang kegiatan separatis yang bertujuan untuk kemerdekaan Taiwan dan campur tangan eksternal,” ujar laporan pemerintahan, dikutip Jumat (8/3/2024).

Tidak hanya dengan Taiwan, China juga berselisih dengan Filipina di Laut China Selatan (LCS). Pada Selasa pekan ini, Filipina menuduh penjaga pantai China melakukan manuver berbahaya yang menyebabkan tabrakan antara kapal Beijing dan salah satu kapalnya dalam perjalanan ke Second Thomas Shoal di perairan tersebut.

Ini bukan kali pertama kapal China bersenggolan dengan kapal Filipina. Sebelumnya, beberapa insiden yang melibatkan keduanya sering terjadi di wilayah Kepulauan Spratly.

China sendiri bersikeras atas klaim 90% dari lautan itu dalam sembilan garis putus-putus yang mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi. Bahkan, China juga dilaporkan telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi di Kepulauan Paracel bernama Shansa.

Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag pada tahun 2016 memutuskan bahwa klaim China atas Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum internasional yang diakui oleh negara lain.

China tersinggung oleh latihan dan patroli gabungan yang dilakukan oleh AS dan kekuatan angkatan laut Barat lainnya dengan berbagai negara Asia di perairan internasional yang diklaim oleh China sebagai miliknya.