Turki Menolak Kerja Sama Energi dengan Israel karena Serangan di Gaza
ANKARA — Turki menolak kerja sama energi dengan Israel, selama negara zionis itu terus menerus membombardir Gaza. Kemungkinan pembahasan proyek hanya dimungkinkan terjadi, jika Israel memberlakukan genjatan senjata.
“Turki tidak akan membahas proyek energi apa pun dengan Israel tanpa gencatan senjata di Gaza, karena hal itu tidak menghormati saudara-saudari Palestina yang sedang mengalami krisis kemanusiaan besar,” kata menteri energi negara Turki, dilansir dari Anadolu Agency, Sabtu (6/1/2024).
Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki, Alparslan Bayraktar mengatakan bahwa dalam suasana seperti itu, bukan sikap menghormati nilai kemanusiaan, bila membicarakan proyek apa pun saat saudara-saudara kita di sana (di Palestina) mengalami bencana kemanusiaan.
“Satu-satunya hal yang akan kita bicarakan saat ini adalah bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan listrik, air dan makanan di Gaza. Ini bisa saja terjadi. Itu akan menjadi satu-satunya proyek,” kata dia.
Bayraktar mengatakan, Palestina mempunyai tempat khusus di hatinya dan mencatat bahwa proyek pasokan listrik ke negara Timur Tengah dibahas selama negosiasi dengan pihak Israel setelah tahun 2016.
Menyebut kehidupan telah terhenti di wilayah tersebut setelah serangan Israel ke Gaza, dia mengatakan, “Setelah kebrutalan dan kekejaman besar yang dialami di sana, satu-satunya proyek yang dapat kita bicarakan saat ini adalah bagaimana kita dapat menghidupkan kembali listrik di Gaza.”
“Kami sudah mengirimkan generator. Mereka menunggu di perlintasan gerbang Rafah,” tambah Bayraktar.
“Kita lagi memikirkan bagaimana kita bisa berkontribusi di sana dengan pembangkit listrik terapung dan pembangkit listrik bergerak, yang kita sebut kapal listrik?” ucap dia.
“Kami dapat mengembalikan orang-orang itu ke kehidupan normal mereka. Tidak mungkin membicarakan apa pun tanpa gencatan senjata,” tambah dia.
Israel melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa mengatakan, bahwa jumlah korban meninggal akibat serangan gencar Israel di Jalur Gaza sejak saat itu telah bertambah. Banyaknya korban adalah anak-anak dan wanita.
Di tengah melonjaknya angka kematian, kebutuhan dasar semakin menipis di Gaza setelah Israel memberlakukan pengepungan penuh, terhadap wilayah tersebut sehingga pengiriman bantuan kemanusiaan hampir terhenti.
Dalam sebulan sejak perang dimulai, lebih dari 500 truk yang setara dengan pengiriman dalam satu hari sebelum perang telah tiba di Gaza.
Sumber: anadolu
Sumber: Republika