Pasokan Minyak Global Terancam Akibat Serangan Houthi Yaman di Laut Merah

by -119 Views

Serangan kelompok Houthi Yaman di Laut Merah berdampak bagi perdagangan internasional, khususnya pasokan minyak global. Hal ini disebabkan oleh serangan yang dilancarkan Houthi terhadap kapal komersial di ujung selatan Laut Merah yang mengganggu rute perdagangan utama Timur-Barat melalui Terusan Suez.

Diketahui akibat serangan ini, beberapa perusahaan pelayaran dan beberapa kapal tanker gas alam cair (LNG) memutuskan untuk menghindari jalur tersebut dan menggunakan rute alternatif. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran akan adanya gangguan terhadap perdagangan internasional menyusul pergolakan pandemi Covid-19, dan mendorong pasukan internasional yang dipimpin Amerika Serikat untuk berpatroli di perairan dekat Yaman.

Serangan membuat upaya pelayaran mencapai Terusan Suez menjadi lebih berbahaya. Sekitar 12 persen lalu lintas pelayaran dunia transit di kanal tersebut dan 4-8 persen kargo LNG global telah melewati kanal tersebut pada 2023. Menurut analisis Vortexa, sebanyak 8,2 juta barel per hari minyak mentah dan produk minyak melintasi Laut Merah selama Januari-November.

Tahun ini, total 16,2 juta metrik ton (MMt) atau 51 persen perdagangan LNG, telah mengalir dari Cekungan Atlantik di timur melalui Terusan Suez. Sementara 15,7 MMt mengalir melalui kanal dari Cekungan Pasifik di barat.

Sejumlah negara menggunakan Terusan Suez sebagai jalur perdagangan minyak. Lalu lintas menuju utara, senilai 3,9 juta barel per hari tahun ini, didominasi impor Eropa, terutama minyak mentah dari produsen Timur Tengah dan juga hasil sulingan tengah dari India dan Timur Tengah.

Untuk lalu lintas menuju selatan – sebesar 2,9 juta barel per hari pada tahun 2023 hingga saat ini – terdiri dari aliran minyak mentah, terutama dari Rusia ke pelanggan Asia, dan juga produk olahan nafta dan bahan bakar minyak.

Qatar, Amerika Serikat dan Rusia adalah pengirim LNG paling aktif melalui Suez. Qatar menduduki peringkat teratas pengirim kargo aktif dari Timur ke Eropa, tetapi tetap hanya menyediakan sekitar 5 persen dari impor bersih UE dan Inggris.

“Pada kenyataannya, Qatar adalah satu-satunya eksportir dari arah timur ke barat melalui Terusan Suez,” kata analis LNG di perusahaan intelijen ICIS Robert Songer.

Akibatnya, perubahan rute alternatif menuju Eropa melalui Tanjung Harapan, dapat memperlama waktu pelayaran Qatar sebesar 145 persen, atau tambahan 22 hari untuk perjalanan pulang pergi.