IDF Menghadapi Tantangan Berat dalam Konflik di Gaza

by -95 Views

Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan bahwa empat tentara dari Kors Batalion Teknisi Kombat ke-63 dan seorang tentara dari Batalion Brigade Infantri Golani ke-12 terluka serius dalam pertempuran di selatan Gaza. Dua tentara lainnya dari Komando Brigade Unit Maglan juga terluka serius di selatan Gaza.

Di utara Gaza, seorang perwira dari Brigade Lapis Baja ke-7 dan ke-8 terluka parah.

Menurut laporan dari Times of Israel, data IDF menunjukkan bahwa sejak mereka melakukan serangan darat ke Gaza, telah ada 116 tentara yang tewas dan 648 lainnya terluka, dengan 146 di antaranya mengalami luka serius, 257 mengalami luka sedang, dan 245 mengalami luka ringan.

The Jerusalem Post melaporkan bahwa seorang letnan kolonel dan komandan Batalion ke-12 juga terluka. Laporan ini menyusul informasi bahwa 10 tentara IDF dilaporkan tewas dan enam lainnya terluka. Angka tersebut mencirikan hari-hari sulit yang dihadapi IDF dalam pertempuran di Gaza.

Meski begitu, pada hari Kamis (14/12/2023), hanya ada 12 kali sirene peluncuran roket yang terdengar tanpa adanya serangan, dan mayoritas roket dilaporkan berada di wilayah Utara, menandai titik terendah peluncuran roket Hamas dalam beberapa waktu sejak gencatan senjata sementara pada akhir November.

Setidaknya terdapat tiga putaran pertukaran tembakan antara IDF dan Hizbullah di Utara. Kelompok yang berkuasa di Lebanon itu melakukan serangan dengan roket dan rudal anti-tank, sedangkan IDF membalas dengan serangan udara dan artileri.

Namun, eskalasi dari kedua belah pihak lebih sedikit diketahui publik seiring berlalunya waktu.

Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan kepada Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan bahwa diperlukan waktu lebih dari beberapa bulan untuk menyelesaikan Perang Gaza dengan Hamas.

Meskipun hal ini tampaknya memunculkan ketegangan serius karena AS menetapkan konflik harus selesai dalam beberapa pekan ke depan, Gallant kemudian mengklarifikasi bahwa ia mengacu pada tahap kontra-pemberontakan dalam memerangi Hamas.

Gallant juga menjelaskan bahwa Hamas telah menggunakan waktu bertahun-tahun untuk membangun kekuatan teror dan infrastruktur. Oleh karena itu, untuk menghancurkan jaringan luas tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama daripada tahap awal invasi penuh.

Gallant juga menyatakan terima kasih kepada AS atas dukungan yang diberikan.

Sumber: Republika