TEL AVIV – Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Peter Lerner meminta BBC untuk meminta maaf. Hal itu karena BBC telah mempertanyakan bukti tentang keberadaan Hamas dan markas mereka di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza seperti yang diklaim IDF.
Lewat akun Twitter-nya, Lerner mengunggah dua rekaman kamera pengawas serta dua foto yang menunjukkan kondisi di dalam RS Al-Shifa pada 7 Oktober 2023, yakni ketika Hamas melakukan operasi infiltrasi ke Israel dan diyakini menculik lebih dari 200 orang. Dalam video pertama, tampak sejumlah pria tergopoh-gopoh memapah seorang pria yang tampaknya dalam keadaan terluka ke sebuah ruangan di RS Al-Shifa.
Sementara di video kedua, tampak seorang pria yang sudah tergolek di ranjang rumah sakit, didorong oleh sejumlah pria ke dalam sebuah ruangan. Di video kedua, tertangkap seorang pria plontos berbaju hitam yang menyelempangkan senjata api di tubuhnya. “Terungkap CCTV saat teroris Hamas membawa para sandera ke RS Al-Shifa. Juga terungkap hari ini: terowongan sepanjang 50 meter dan pintu ledakan di bawah RS,” tulis Lerner di akun X-nya, Senin (20/11/2023), dikutip Middle East Monitor.
Lerner menyebut, video dan foto yang diunggahnya merupakan bukti bahwa Hamas telah berbohong dengan mengatakan tidak menyalahgunakan fungsi RS. “Menunggu WHO mengutuk ini. Akankah BBC World meminta maaf? Akankah Bowen BBC menyebut saya salah?” katanya.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Sabtu (18/11/2023) pekan lalu, Editor BBC International Jeremy Bowen mempertanyakan bukti yang diberikan IDF bahwa RS Al-Shifa telah digunakan sebagai markas Hamas. Bowen juga mengkritik pembatasan yang dilakukan IDF terhadap jurnalis asing yang hendak melakukan peliputan ke Al-Shifa.
Menurut BBC, IDF telah merusak “bukti” yang dituduhkan di Al-Shifa sebelum mengizinkan jurnalis-jurnalis memasuki fasilitas tersebut. Terkait rekaman kamera pengawas di RS Al-Shifa tanggal 7 Oktober 2023 yang dibagikan IDF, anggota senior Hamas Izzat al-Rishq mengatakan, sejak awal kelompoknya sudah mengumumkan bahwa memang ada orang-orang yang mereka sandera dibawa ke RS untuk mendapatkan perawatan medis, termasuk menjalani operasi.
Sejauh ini setidaknya 13 ribu warga di Gaza telah terbunuh akibat agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023. Korban meninggal termasuk lebih dari 5.500 anak-anak, 3.250 perempuan, dan 690 lansia. Sementara korban luka sudah melampaui 30 ribu orang.