Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa Ukraina berperan penting dalam kerusuhan anti-Israel di bandara di Dagestan yang mayoritas Muslim pada hari Ahad (29/10/2023).
Pada hari Senin (30/10/2023), Rusia menuduh Ukraina melakukan campur tangan langsung dalam kerusuhan di bandara Makhachkala. Ribuan pengunjuk rasa, yang banyak dari mereka mengucapkan “Allahu Akbar”, memasuki landasan pacu dan berupaya menyerang penumpang Yahudi yang datang dari Israel.
Maria Zakharova dalam pernyataannya mengatakan, “Rezim kriminal Kyiv memainkan peran langsung dan penting dalam melakukan tindakan destruktif terbaru ini.”
Belum ada tanggapan langsung dari pihak Kiev terhadap tuduhan tersebut dan Kementerian Luar Negeri Ukraina belum memberikan komentar mengenai hal ini.
Kremlin sebelumnya telah menyatakan bahwa kerusuhan tersebut merupakan akibat dari campur tangan pihak luar. Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan mengadakan pertemuan dengan pejabat keamanan untuk membahas upaya Barat dalam memecah belah masyarakat Rusia.
Maria Zakharova juga menyebut bahwa “kecepatan dan reaksi” Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, terhadap kerusuhan tersebut adalah bukti sabotase informasi yang dilakukan oleh pasukan khusus Kiev.
Volodymyr Zelensky dalam pernyataannya mengatakan bahwa kerusuhan tersebut bukanlah “insiden terisolasi di Makhachkala, tetapi bagian dari budaya kebencian Rusia terhadap negara lain yang disebarkan oleh televisi pemerintah, pakar, dan otoritas.”
Zakharova juga mengklaim bahwa Kiev menggunakan mantan anggota parlemen Rusia, Ilya Ponomarev, untuk merencanakan kerusuhan tersebut. Ilya Ponomarev, yang melarikan diri ke Ukraina pada tahun 2019 dan diberikan kewarganegaraan Ukraina, merupakan kritikus keras terhadap Kremlin. Dia diduga terlibat dalam sejumlah kelompok sabotase anti-Moskow dan tindakan partisan di Ukraina.
Ponomarev sebelumnya memberikan dukungan finansial kepada saluran Telegram bernama “Utro Dagestan” yang mengajak untuk melakukan protes di bandara pada hari Ahad. Namun, Ponomarev belum memberikan tanggapan terkait tuduhan ini.
Artikel ini diambil dari sumber: Republika