3.000 Anak Gaza Syahid dalam Jangka Waktu Tiga Pekan menjelang Serangan Israel

by -100 Views

Warga Palestina membawa seorang anak yang tewas dalam serangan udara Israel di Deir el-Balah Jalur Gaza, 15 Oktober 2023.

GAZA — Hampir tiga pekan wilayah Gaza mendapatkan serangan pengeboman hingga blokade oleh Israel, setidaknya sudah 7.028 warga sipil Palestina gugur, dan hampir 3.000 diantaranya merupakan anak-anak yang meninggal akibat serangan bom Israel.

Serangan udara Israel semakin masif di tengah upaya Israel mempersiapkan serangan darat ke wilayah Gaza. Diantaranya, serangan udara Israel ke rumah-rumah di Khan Younis pada Rabu (25/10/2023), yang seketika langsung membuat 30 orang warga Palestina meninggal dunia, sementara puluhan lainnya terjebak di bawah reruntuhan puing bangunan.

Pihak Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan, hampir 3.000 anak telah meninggal, dalam jelang tiga pekan serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober lalu. Sejumlah besar anak di bawah umur juga terluka, terlantar, dan kehilangan orang tua serta anggota keluarga mereka yang terbunuh dalam pemboman Israel tanpa henti di daerah kantong yang terkepung itu.

Sementara itu, secara terang-terangan pihak tentara Israel mengatakan telah melakukan serangan darat pada Rabu malam dari dalam wilayah Gaza yang menargetkan posisi Hamas dengan menggunakan tank. Di sisi lain pihak Aljazirah mengutuk “serangan tanpa pandang bulu” Israel di Gaza.

Kecaman dari Aljazirah ini, setelah anggota keluarga kepala biro Aljazirah di Gaza, Wael Dahdouh, meninggal dalam sebuah serangan udara. Semakin brutalnya serangan Israel ini, membuat, Presiden Biden menghadapi reaksi keras karena mempertanyakan jumlah korban jiwa di Gaza yang ia sebut tidak valid.

Biden menggambarkan kematian warga sipil Palestina yang tidak berdosa di Gaza dan Tepi Barat, sebagai harga yang harus dibayar untuk berperang. Resolusi Dewan Keamanan PBB yang dipimpin Rusia, menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza gagal.

Namun sebuah resolusi dari Washington yang sangat jelas mendukung Israel juga akhirnya digagalkan, setelah tidak lama Moskow dan Beijing memveto resolusi dari AS itu.

Sumber: Republika