Calon Pemimpin Baru Hizbullah Diduga Meninggal dalam Serangan Udara Israel Terbaru

by -49 Views
image_pdfimage_print

BANDA ACEH -Laporan media Inggris, merujuk pada sumber militer Israel menyebut salah satu pemimpin Hizbullah Hashem Safieddine dilaporkan tewas dalam serangan udara di Lebanon.

IKLAN


Hari Kesaktian Pancasila dari Bank Aceh Syariah

Safieddine digadang menjadi penerus Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah yang tewas beberapa minggu lalu dalam serangan bom Israel di bunker Beirut.

IKLAN


Selamat & Sukses atas Pelantikan dan Pengucupan Sumpah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)

Al Jazeera dalam laporannya pada Minggu (6/10) menyebut bahwa Hizbullah telah kehilangan kontak dengan Safieddine sejak Jumat (4/10) setelah serangan udara Israel di lingkungan Dahiyeh di Beirut.

IKLAN


Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Sebagai ketua Dewan Eksekutif kelompok bersenjata tersebut, Safieddine adalah anggota organisasi yang sangat tinggi jabatannya. Ia adalah sepupu mendiang Nasrallah, mantan sekretaris jenderal.

IKLAN


Selamat Memperingati HARDIKDA - Hari Pendidikan Daerah

Sumber keamanan Lebanon telah mengonfirmasi bahwa karena serangan yang sedang berlangsung, pekerja bantuan belum dapat mencapai lokasi serangan di mana Hashem Safieddine diyakini telah menjadi sasaran.

IKLAN


Ucapan Duka Cita atas Meninggal Dunia Bank Aceh Syariah Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab

Media Amerika juga melaporkan bahwa Hashem Safieddine sengaja menjadi sasaran selama operasi militer Israel.

Kantor media Hizbullah menegaskan bahwa laporan tentang kematian para pemimpin mereka yang dilaporkan media asing tidak benar dan hanya pernyataan dari kantor media mereka yang valid.

Israel diduga menggunakan unggahan media sosial, sinyal televisi, dan bahkan meteran kendaraan untuk melacak para pemimpin utama Hizbullah.

Ketegangan antara Israel dan Hizbullah meningkat sejak 7 Oktober 2023, dengan seringnya bentrokan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.

Menurut kementerian kesehatan Lebanon, hampir 2.000 orang, sebagian besar dari mereka akibat konflik sejak 23 September.