Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, mengumumkan pada Sabtu (28/10/2023) bahwa mereka siap untuk melakukan pertukaran tahanan segera dengan Israel. Menurut tentara Israel, Hamas saat ini menyandera sekitar 229 orang.
“Kami siap untuk segera melakukan kesepakatan pertukaran tahanan yang mencakup pembebasan semua tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel dengan imbalan pembebasan semua tahanan yang ditahan atas perlawanan Palestina,” kata Sinwar dalam pernyataannya dikutip dari Al-Arabiya.
Sebelumnya, juru bicara dari Brigade al-Qassam, Abu Obeida, juga menyatakan bahwa mereka siap melepaskan sandera yang mereka culik dalam serangan mendadak pada tanggal 7 Oktober. Namun, kesepakatan tersebut hanya dapat dilakukan jika Israel membebaskan semua warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara mereka.
“Harga yang harus dibayar untuk melepaskan sejumlah besar sandera musuh yang berada di tangan kami adalah mengosongkan penjara-penjara Israel dari semua tahanan Palestina,” ungkap juru bicara sayap bersenjata Hamas tersebut.
Brigade al-Qassam sebelumnya mengklaim bahwa hampir 50 sandera telah meninggal akibat serangan bom Israel dalam tiga minggu sejak perang dimulai. Namun, jumlah tersebut belum dapat dikonfirmasi.
Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengadakan pertemuan dengan keluarga para sandera pada Sabtu. Pertemuan ini diadakan setelah keluarga mengancam akan memulai protes jalanan untuk menyoroti keputusasaan mereka dalam membebaskan anggota keluarga yang ditahan di Gaza.
Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu tidak memberikan komitmen apa pun terhadap kesepakatan, tetapi ia mengatakan kepada keluarga bahwa pemerintah akan memanfaatkan segala kemungkinan untuk membawa mereka pulang. Menurut video yang dirilis oleh kantornya, menemukan para sandera yang berusia beberapa bulan hingga lebih dari 80 tahun merupakan “bagian integral” dari operasi militer.
Pada konferensi pers bersama Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan bahwa Hamas harus dipaksa untuk melakukan perdamaian melalui perundingan, meskipun hal tersebut sangat kompleks. Ia menambahkan bahwa semakin besar tekanan militer dan semakin sering serangan terhadap Hamas dilakukan, semakin besar peluang untuk mencapai solusi yang memungkinkan pengembalian orang-orang yang dicintai.
Keluarga para sandera mengatakan bahwa mereka hampir tidak memiliki kontak dengan pemerintah dan tidak mengetahui apa yang terjadi pada anggota keluarga mereka. Mereka tidak tahu apakah mereka terluka, mendapat perawatan medis, atau memiliki cukup makanan. Salah satu keluarga yang merasa khawatir adalah keluarga Inbal Zach, di mana sepupunya Tal Shoham diculik bersama enam anggota keluarga lainnya dari kibbutz Beeri dekat perbatasan dengan Gaza.
Pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa ada 229 sandera yang berasal dari lebih dari 20 negara. Sementara itu, ribuan warga Palestina ditahan di 19 penjara di Israel dan satu di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Sumber: Republika