Perilaku Pemimpin Sejati – prabowo2024.net

by -223 Views

Seorang pemimpin militer akan membentuk kepribadian dan kepemimpinannya dalam pertempuran. Saya termasuk beruntung seorang perwira muda yang mendapat penggemblengan, pengasuhan, mentorship dari banyak pelaku perang kemerdekaan dan pelaku operasi militer dalam sejarah awal Republik Indonesia.

Pada waktu itu, tidak ada jaminan bahwa Republik Indonesia bisa bertahan. Karena tidak ada anggaran untuk pemerintah maupun tentara. Kebangkitan bangsa ditentukan oleh keputusan ribuan atau puluhan ribu putra-putri Indonesia dari berbagai suku, ras, kelompok etnis, dan daerah.

Mereka dihadapkan pada pilihan antara bergabung dalam perjuangan untuk merdeka atau diam mencari aman menghindari risiko apa pun. Mereka memilih mempertaruhkan nyawa untuk merebut kemerdekaan sehingga kita bisa menjadi bebas dari penjajahan yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Mereka inilah yang kita kenal sebagai angkatan ’45. Angkatan ’45 ini bisa dikatakan sebagai Generasi Terbaik Indonesia.

Sebagai anak muda, Taruna Akademi Militer, dan perwira muda, saya merasa beruntung sempat berinteraksi dengan banyak tokoh dari angkatan ’45. Bahkan keluarga saya sendiri adalah keluarga pejuang, bagian dari angkatan ’45.

Kakek saya, Margono Djojohadikusumo, dipercaya oleh Bung Karno untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan. Bahkan satu hari sebelum Bung Karno dibuang ke Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur, Pak Margono dipanggil oleh Bung Karno.

Dua paman saya, Letnan Subianto Djojohadikusumo dan Taruna Sujono Djojohadikusumo juga gugur dalam pertempuran melawan tentara Jepang di Lengkong, Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada tanggal 25 Januari 1946.

Orang tua saya, Soemitro Djojohadikusumo, bergabung dan berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau terlibat dalam penyelundupan karet dan kopra ke luar Indonesia, serta menyelundupkan senjata dari luar untuk pasukan Indonesia.

Saya lahir pada tahun 1951 atau 10 bulan setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Memori pertama saya adalah mengunjungi Taman Makam Pahlawan tempat dua paman saya dimakamkan, dan mengunjungi rumah kakek saya pada hari Minggu.

Keluarga saya adalah keluarga angkatan ’45. Suasana ini, secara tidak sadar, menjadi bagian penerusan nilai-nilai dari angkatan ’45 kepada saya.

Saya juga beruntung sering berinteraksi langsung dengan tokoh-tokoh angkatan ’45. Di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, beberapa pelatih, guru, dan komandan saya adalah tokoh-tokoh angkatan ’45.

Rata-rata dari angkatan ’45 ini adalah pemimpin lapangan. Masing-masing mereka telah menyumbangkan pelajaran berharga kepada saya bagaimana seorang pemimpin militer, seorang komandan pasukan tempur, dan seorang panglima harus bertindak, bersikap, dan berperilaku.

Hal-hal yang menonjol dari mereka adalah patriotik, percaya diri, cerdas, humoris, dan luwes. Sikap dan perilaku mereka membentuk kepribadian saya.

Pada halaman-halaman berikut ini saya akan menceritakan kesan-kesan saya terhadap mereka yang saya anggap guru saya, panutan saya.

Source link