Apa yang tengah berlangsung di Ekuador?

by -118 Views

QUITO – Siaran stasiun televisi Ekuador, TC, diinterupsi oleh sejumlah orang bertopeng bersenjata. Insiden dramatis terbaru ini menjadi salah satu contoh ledakan kekerasan di negara Amerika Latin yang bergejolak.

Presiden baru, Daniel Noboa, berjanji untuk melawan tingginya angka kekerasan yang menjadi tantangan bagi para pendahulunya. Namun, ia menghadapi rintangan dalam pertempuran melawan geng kriminal yang menguasai penjara, menculik polisi, dan melakukan pengeboman.

Keamanan Ekuador memburuk sejak pandemi virus Covid-19 yang menghantam perekonomian negara tersebut. Pemerintah mengatakan bahwa kematian akibat kekerasan di negara tersebut pada tahun 2023 naik menjadi 8.008 kasus. Jumlah ini naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2022 yang sekitar 4.500 kasus. Pemilihan presiden tahun lalu juga diwarnai dengan pembunuhan kandidat anti-korupsi. Pemerintah menyalahkan situasi ini pada semakin kuatnya geng pengedar narkoba yang memicu destabilisasi di seluruh benua.

Di penjara-penjara Ekuador, geng kriminal memanfaatkan lemahnya kendali pemerintah untuk memperluas kekuasaan mereka. Kekerasan di penjara semakin sering terjadi, ratusan orang tewas dalam berbagai insiden yang menurut pihak berwenang adalah perang antara geng yang memperebutkan kekuasaan di penjara.

Kota Guayaquil di pesisir Ekuador yang dianggap sebagai kota paling berbahaya di negara tersebut merupakan pelabuhan penyelundupan narkoba. Noboa, yang dilantik bulan November lalu, memperkenalkan “Rencana Phoenix” untuk memperkuat keamanan. Termasuk dalam rencana tersebut adalah pembentukan unit intelijen baru, pasukan tektis bersenjata, mendirikan penjara keamanan tingkat tinggi, dan memperkuat keamanan di pelabuhan dan bandara. Ia mengatakan itu semua membutuhkan biaya sebesar 800 juta dolar AS. Walaupun 200 juta dolar AS untuk senjata baru angkatan darat akan diberikan oleh Amerika Serikat (AS).

Pada Ahad (7/1/2024), kepolisian mengatakan ketua geng kriminal Los Choneros, Adolfo Macias, menghilang dari penjara tempat ia seharusnya menjalani hukuman 34 tahun masa kurungan. Pihak berwenang sedang mencoba melacaknya.

Sementara itu, pada Senin (8/1/2024), insiden kekerasan terjadi di setidaknya enam penjara. Sebanyak lebih dari 150 sipir dan staf penjara lainnya dijadikan sandera. Sebanyak 39 narapidana penjara di Riobamba melarikan diri meski beberapa diantaranya berhasil ditangkap kembali. Kekerasan menyebar dengan cepat ke jalan-jalan pada Selasa (9/1/2024). Tujuh polisi diculik dalam berbagai insiden di seluruh negeri dan lima ledakan dikonfirmasi di beberapa kota, belum ada laporan korban luka.

Noboa yang mengatakan tidak akan bernegosiasi dengan “teroris” mengatakan bahwa kekerasan ini adalah reaksi dari rencana pemerintahnya untuk membangun penjara keamanan tinggi baru untuk mengurung pemimpin-pemimpin geng kriminal. Ia mengumumkan masa darurat selama 60 hari, langkah yang dilakukan oleh pendahulunya Guillermo Lasso, tapi terbukti tidak banyak memberikan manfaat. Deklarasi ini mengizinkan militer berpatroli termasuk di penjara dan menetapkan jam malam.

Dalam dekrit terbaru yang diumumkan pada Selasa sore, Noboa mengatakan ia mengakui “konflik bersenjata internal” di Ekuador dan mengidentifikasi sejumlah geng kriminal sebagai kelompok teroris, termasuk Los Choneros. Dekrit itu memerintahkan angkatan bersenjata menetralkan kelompok-kelompok tersebut.

Koalisi Noboa merupakan suara mayoritas di majelis nasional atau parlemen, hal yang tidak dimiliki oleh Lasso. Namun sejumlah warga Ekuador mempertanyakan mengapa presiden tidak mengambil langkah yang lebih keras terhadap geng penjahat. Noboa berencana untuk menggelar pemungutan suara yang fokus pada keamanan pada tahun ini, termasuk bertanya pada masyarakat apakah pemerintah harus mencabut larangan ekstradisi warga Ekuador keluar negeri dan apakah penyitaan aset tersangka kriminal seharusnya diizinkan. Sumber: Republika.