Gelombang Sayap Kanan di Jerman Muncul Akibat Krisis Migrasi

by -135 Views

BERLIN – Kedatangan migran yang hampir tak terkendali telah membawa isu migrasi kembali ke dalam agenda politik Jerman dengan penuh kekuatan. Kondisinya semakin tegang dengan meningkatnya tuntutan pemerintah kota dalam hal akomodasi, integrasi, dan pendidikan.

Dari Januari hingga Agustus 2023, lebih dari 200 ribu orang telah mengajukan permohonan suaka ke Jerman. Menurut data resmi, sebagian besar dari mereka berasal dari Suriah dan Afghanistan. Laporan tersebut juga menunjukkan lonjakan sebesar 77 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, lebih dari satu juta pengungsi Ukraina telah tiba di Jerman sejak dimulainya perang pada akhir Februari tahun lalu.

“Pemerintah federal Jerman tampaknya merasa semakin tertekan, baik secara domestik maupun internasional, untuk mengembangkan kebijakan yang lebih ketat sehubungan dengan masuknya pengungsi ke Eropa,” ujar profesor sejarah migrasi di University of Osnabrueck, Jochen Oltmer, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Padahal, dari sudut pandang banyak ahli, pasar tenaga kerja Jerman bisa mendapatkan keuntungan dari pendatang baru. Hanya saja, pembahasannya tidak hanya mengenai seberapa besar toleransi migrasi yang dapat diterima suatu negara, tetapi juga jenis imigrasi apa yang diinginkan.

Pekerja terampil asing sangat dibutuhkan, tetapi menarik mereka tidaklah mudah. Sebaliknya, menerima pengungsi akibat perang merupakan kewajiban internasional Jerman sebagai negara penandatangan Konvensi Pengungsi Jenewa.

Mengingat menurunnya angka kelahiran, Jerman sangat membutuhkan lebih banyak imigrasi pekerja terampil. Menurut angka resmi, 400 ribu orang harus memasuki pasar tenaga kerja setiap tahunnya agar tetap stabil. Namun, pada 2021 hanya terdapat 40 ribu orang yang masuk, dan bahkan dengan tingkat imigrasi yang tinggi, jumlah pekerja terampil di Jerman diperkirakan akan menyusut sebanyak 4,4 juta orang dari tahun 2020 hingga 2040. Dengan tingkat imigrasi yang rendah, jumlah pekerja terampil akan berkurang 6,3 juta pada 2040.

Sektor-sektor yang sangat kekurangan pekerja terampil telah menuntut imigrasi yang lebih banyak dan lebih mudah dari luar negeri selama bertahun-tahun. Namun, sumber daya yang ditawarkan para pencari suaka sebagai pekerja terampil juga masih kurang dimanfaatkan.

Terkait pencari suaka, mereka cenderung lebih pendiam, meskipun banyak ahli yang melihat potensi besar dari mereka. “Kita tidak boleh mencampuradukkan imigrasi pekerja dan pekerja terampil dengan migrasi yang tidak teratur,” kata ketua Konfederasi Asosiasi Pengusaha Jerman, Rainer Dulger, kepada German Press Agency.

“Jika menyangkut migrasi yang tidak teratur, masyarakat dan kita para pemberi kerja mengharapkan adanya tindakan tegas di tingkat nasional dan Eropa,” tambahnya.

Partai berhaluan kanan AfD (Alternatif für Deutschland) juga memanfaatkan isu imigrasi untuk mendapatkan dukungan politik.