Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Minggu (22/10/2023) mengatakan bahwa operasi darat di Jalur Gaza kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan. Ia menegaskan bahwa operasi ini akan menjadi yang terakhir dalam upaya total untuk memberantas Hamas hingga ke akarnya, seperti yang dilaporkan oleh media Israel.
Pernyataan Gallant ini muncul saat ia berpartisipasi dalam sesi Komando Operasi Angkatan Udara di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza. “Ini harus menjadi manuver darat terakhir di Gaza, karena setelah itu, tidak akan ada lagi Hamas. Ini akan memakan waktu satu, dua, tiga bulan, tapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas,” tulis media Israel mengutip pernyataannya.
Gallant juga menyatakan bahwa tidak ada yang bisa menghentikan tentara Israel. Sisi operasional dari manuver ini melibatkan kombinasi antara kapasitas angkatan udara dan operasi darat, ujarnya seperti yang dikutip oleh surat kabar Yedioth Ahronoth.
Sebelumnya, militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan udara di Jalur Gaza sebagai persiapan untuk tahap berikutnya yaitu operasi darat. Tentara Israel terus melancarkan serangan udara yang menghancurkan pemukiman-pemukiman di Gaza. Sedikitnya 4.651 warga Palestina, termasuk 1.873 anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel di Gaza.
Banyak orang terjebak di bawah reruntuhan. Konflik di Gaza dimulai ketika kelompok Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa, termasuk peluncuran roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Serangan-serangan tersebut dianggap sebagai pembalasan atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim Israel. Militer Israel kemudian meluncurkan Operasi Pedang Besi terhadap target Hamas di Jalur Gaza.
Gaza saat ini mengalami krisis kemanusiaan yang mengerikan dengan tidak adanya aliran listrik, sementara pasokan air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan semakin menipis. Selama konflik ini, lebih dari 1.400 warga Israel juga telah tewas.
Sumber: Republika