Aksi Pro-Palestina Tahun Ini Mencapai Rekor Tertinggi dalam Sejarah Amerika Serikat

by -120 Views

Lebih dari satu juta orang Amerika Serikat (AS) telah berpartisipasi dalam hampir 2.600 protes, demonstrasi, dan unjuk rasa pro-Israel dan pro-Palestina sejak 7 Oktober 2023. Perhitungan ini dilakukan oleh Nonviolent Action Lab Harvard dan Counting Crowds Consortium ini menunjukkan aksi pro-Palestina lebih besar dan menarik banyak peserta.

Data mereka menunjukkan bahwa sebagian besar aksi solidaritas terhadap Israel terkonsentrasi pada pekan pertama setelah serangan teror Hamas. Sedangkan aksi solidaritas terhadap Gaza, terus menyebar ke seluruh negeri dan telah menarik lebih banyak massa.

Dalam delapan minggu sejak 7 Oktober, Counting Crowds Consortium telah mencatat 442 unjuk rasa, demonstrasi, dan aksi pro-Israel di 266 kota besar dan kecil 45 negara bagian dan di Washington DC. Sekitar setengah dari peristiwa ini terjadi dalam waktu seminggu setelah 7 Oktober.

Pada periode yang sama, kelompok ini mencatat 2.100 aksi pro-Palestina di 497 kota besar dan kecil di 49 negara bagian, serta di Washington DC, Puerto Rico, dan Guam. Data mengenai jumlah peserta tidak tersedia untuk semua acara yang berlangsung.

Tapi berdasarkan angka yang tersedia, setidaknya 293 ribu orang berpartisipasi dalam acara pro-Israel, setidaknya 694 ribu orang berpartisipasi dalam acara pro-Palestina. “Saat ini kami cukup yakin bahwa gelombang pro-Palestina tahun ini adalah mobilisasi pro-Palestina yang terbesar dan terluas dalam sejarah AS,” kata manajer proyek penelitian Nonviolent Action Lab Jay Ulfeder.

Ulfeder menyatakan, sangat tidak biasa melihat mobilisasi besar dan panjang terfokus pada urusan luar negeri. Dia mengatakan, protes pro-Palestina saat ini bahkan lebih besar daripada gelombang yang terjadi setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

“Gelombang itu berkurang cukup cepat, setelah beberapa minggu, dan totalnya mencakup ratusan, bukan ribuan,” kata Ulfeder.

Menurut Ulfeder, faktanya gelombang protes pro-Palestina saat ini adalah salah satu mobilisasi terbesar yang pernah dilihat di AS dalam isu politik apa pun sejak pemberontakan keadilan sosial pada 2020. Protes sebelumnya merupakan gelombang protes terbesar di sejarah Amerika.

Bahkan keputusan Mahkamah Agung yang membatalkan Roe v Wade, yang menjamin hak konstitusional untuk melakukan aborsi, tidak menimbulkan banyak protes dalam jangka waktu yang lama. Namun, protes Palestina mencakup acara-acara yang dikoordinasikan secara nasional, seperti pemogokan massal di kampus-kampus di seluruh negeri, serta aksi solidaritas lokal yang lebih kecil.

“Salah satu alasan gelombang pro-Palestina menjadi begitu besar adalah karena gelombang ini menyebar ke banyak kota, termasuk kota-kota yang secara tradisional belum dimobilisasi untuk mengatasi masalah ini,” kata Ulfeder.

“Kami masih melihat segelintir orang baru bergabung setiap hari. Jelas, ini bukan hanya masalah kota besar. Ini juga bukan sekedar urusan kampus. Banyak peristiwa pro-Palestina terjadi di kampus-kampus dan sekolah menengah atas, namun sebagian besar tidak terjadi, terutama akhir-akhir ini,” ujarnya.

Menurut data yang disajikan, pejabat terpilih jauh lebih mungkin berpartisipasi dalam acara-acara pro-Israel dibandingkan acara-acara pro-Palestina. Hampir 25 persen aksi pro-Israel melibatkan pejabat terpilih, sering kali gubernur negara bagian dan senator AS. Sedangkan kurang dari dua persen protes pro-Palestina melibatkan pejabat terpilih, dengan pejabat tertinggi adalah perwakilan kongres.

Lebih dari 1.000 organisasi telah terlibat dalam protes pro-Palestina, dengan Students for Justice in Palestine sejauh ini merupakan organisasi yang paling aktif. Ulfeder menjelaskan, tiga aliran utama yang berkontribusi terhadap gelombang saat ini, pertama dari organisasi Palestina, Muslim dan Arab, kemudian kelompok sosialis, anti-rasis, feminis dan queer, dan terakhir adalah kelompok Yahudi pro-Palestina dengan paling menonjol adalah Jewish Voice for Peace dan IfNotNow.

“Organisasi-organisasi Yahudi ini kurang aktif pada minggu pertama tetapi mulai aktif setelah pemboman Israel di Gaza dimulai dengan sungguh-sungguh,” kata Ulfeder.