Cina Tidak Memiliki Rencana untuk Terlibat dalam Perlombaan Nuklir

by -137 Views

Beijing – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyatakan bahwa China tidak berniat terlibat dalam perlombaan nuklir dengan siapa pun, termasuk Amerika Serikat (AS).

“China sangat berkomitmen pada strategi nuklir defensif dan selalu menjaga kemampuan nuklirnya pada level minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional. Kami tidak memiliki niat untuk terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara manapun,” kata Mao Ning dalam keterangan kepada media di Beijing, China pada Jumat (20/10/2023).

Pernyataan tersebut disampaikan Mao Ning sebagai tanggapan terhadap laporan Departemen Pertahanan AS kepada Kongres yang menyatakan bahwa China sedang berusaha memodernisasi dan memperluas persenjataan nuklirnya dengan meningkatkan jumlah hulu ledak nuklir dari 500 unit menjadi lebih dari 1.000 unit pada tahun 2030.

Departemen Pertahanan AS juga menyebutkan bahwa China diperkirakan akan melanjutkan upaya ekspansi dan modernisasi senjata hingga tahun 2035 untuk mencapai tujuan Presiden Xi Jinping dalam mencapai status militer “kelas dunia” pada tahun 2049.

“Laporan AS ini, seperti laporan-laporan sebelumnya, tidak didasarkan pada fakta dan memiliki bias. Mereka menyebut China sebagai ancaman hanya untuk mencari alasan yang tepat bagi AS untuk mempertahankan hegemoni militer mereka. China sangat menentang hal ini,” ujar Mao Ning.

Mao Ning mengatakan bahwa China memiliki kebijakan nuklir yang unik di antara negara-negara pemilik senjata nuklir dan telah mempertahankan tingkat stabilitas, konsistensi, dan prediktabilitas yang tinggi. “Bagi negara manapun, selama mereka tidak menggunakan atau mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap China, mereka tidak perlu khawatir akan ancaman senjata nuklir,” lanjut Mao Ning.

Mao Ning menyebut AS sebagai negara dengan persenjataan nuklir terbesar dan paling canggih di dunia. “Negara tersebut menggunakan senjata nuklir untuk tujuan pengintimidasi, terus-menerus menginvestasikan jumlah besar untuk meningkatkan senjata nuklirnya, menambah titik penyebaran nuklir sebagai kekuatan strategis, dan memperkuat efek pengintimidasi terhadap sekutu mereka. Kebijakan dan tindakan ini meningkatkan risiko perlombaan senjata nuklir,” jelas Mao Ning.

Tindakan AS tersebut, menurut Mao Ning, hanya akan memiliki dampak buruk pada keamanan strategis global. “China mendesak AS untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan logika hegemoni serta melihat niat dan pengembangan strategis pertahanan China secara obyektif dan rasional. AS juga harus berhenti menerbitkan laporan tahunan yang tidak bertanggung jawab seperti ini demi menjaga stabilnya hubungan militer dan hubungan China-AS secara keseluruhan,” kata Mao Ning.

Dalam laporan tahunan mengenai perkembangan militer dan keamanan di China yang disampaikan kepada Kongres, Departemen Pertahanan AS menyebutkan bahwa meskipun China memiliki 500 hulu ledak, China tetap berkomitmen pada kebijakan “tidak melakukan serangan pertama”.

Persediaan senjata nuklir yang dimiliki China juga disebutkan masih lebih sedikit daripada Rusia dan AS. Rusia memiliki 5.889 hulu ledak, sementara AS memiliki 5.244 hulu ledak, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Pada tahun 2021, Departemen Pertahanan AS memperkirakan bahwa China memiliki sekitar 400 hulu ledak. Para pejabat AS mengatakan bahwa Beijing mungkin telah menyelesaikan pembangunan tiga kelompok lokasi peluncuran rudal baru pada tahun 2022. Ladang-ladang ini termasuk setidaknya 300 silo untuk Rudal Balistik Antar Benua (ICBM) baru.

ICBM adalah rudal balistik dengan jangkauan lebih dari 5.500 km. Laporan AS menyebutkan bahwa pasukan roket Tentara Pembebasan Rakyat juga berusaha mengembangkan ICBM yang akan memungkinkan Republik Rakyat China mengancam dengan serangan konvensional di wilayah AS, Hawaii, dan Alaska.

Analisis tersebut mengatakan bahwa meskipun persediaan nuklir China meningkat, China tetap “berkomitmen pada kebijakan ‘pengintimidasi’ terhadap serangan pertama musuh dan ‘serangan balik’ ketika upaya pengintimidasi gagal”.

Sumber: Antara (Artikel ini telah diubah untuk kesesuaian dalam bahasa Indonesia)