Pembalap Red Bull, Liam Lawson, dihadapkan pada tantangan yang berat dalam memenuhi perannya sebagai pembalap pendamping Max Verstappen di Formula 1. Meskipun baru memulai musim penuh bersama Red Bull, Lawson mengalami kesulitan yang tidak terduga. Prestasinya saat ini, dengan posisi yang kurang memuaskan dalam tiga penampilan terakhirnya, menunjukkan bahwa ia menghadapi masalah yang belum pernah dialami oleh pembalap Red Bull sebelumnya.
Dalam persiapan menyambut Grand Prix Cina, spekulasi tentang kemungkinan pergantian pembalap sebelum balapan Jepang pun mulai muncul di paddock. Christian Horner, prinsipal tim Red Bull, mengungkapkan bahwa tim akan meninjau data yang ada untuk memutuskan langkah selanjutnya. Hal ini membuat posisi Lawson di Red Bull menjadi tergantung pada evaluasi data tersebut.
Terkait dengan kemungkinan pergantian pembalap, Yuki Tsunoda dianggap sebagai kandidat yang paling mungkin menggantikan Lawson. Tsunoda mendapatkan pujian dari konsultan motorsport, Helmut Marko, yang menunjukkan bahwa Red Bull mungkin lebih serius mengenai Tsunoda daripada sebelumnya. Meskipun Tsunoda tampil impresif, tantangan yang dihadapi oleh Lawson dan pembalap lain di kursi kedua Red Bull menyoroti masalah yang lebih mendasar, yaitu mobil RB21 yang sulit dikendarai dan disesuaikan dengan gaya mengemudi Verstappen.
Selain itu, laporan media Spanyol mengaitkan Franco Colapinto dengan Racing Bulls, menambah kompleksitas situasi Red Bull dalam memutuskan langkah selanjutnya. Keputusan tersebut tampaknya akan memperlihatkan strategi Red Bull dalam mengatasi tantangan mobil yang sulit dan memilih pembalap yang tepat untuk mengisi kursi kedua di samping Verstappen. Dengan berbagai opsi yang tersedia, termasuk menukar Lawson dan Tsunoda, tim Red Bull harus mengambil langkah yang tepat untuk tetap kompetitif dalam persaingan di Formula 1.