Gigi Dall’Igna selalu senang memiliki pembalap terbaik, sejak ia berada di Aprilia ketika ia mendominasi kejuaraan seperempat liter. Dengan kedatangannya di Ducati, pertaruhan besar pertamanya melawan arus adalah perekrutan Jorge Lorenzo (2017) dan puncaknya terjadi tahun lalu. Setelah meyakinkan Jorge Martin bahwa ia akan membalap bersama tim pabrikan, mendadak ia berubah pikiran dan memilih untuk membalap bersama Marc Marquez, sebuah langkah yang, sejauh ini, merupakan kesuksesan mutlak. Dari manuver tersebut muncul keputusan Paolo Campinoti, pemilik tim Pramac Racing, untuk berpisah dengan Ducati setelah dua dekade menjalin hubungan erat, hingga menjadi semacam struktur resmi kedua dan memenangi gelar juara tim (2023) dan pembalap (2024). Campinoti pergi ke Yamaha dan Ducati tetap bersama Marquez, sebuah luka terbuka yang sedikit demi sedikit mulai sembuh. “Gigi adalah seorang jenius. Baginya, sangat menyenangkan bisa mengandalkan pembalap terkuat dalam beberapa tahun terakhir,” jelas sang pengusaha dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia, Corriere della Sera. “Marc mempertaruhkan segalanya untuknya, dia menyerah setelah ‘pacaran’ yang sangat lama. Gigi adalah seorang insinyur yang sedikit playboy,” lanjut orang Italia itu, menunjukkan bahwa romansa itu kembali ke masa-masa Marc bersama Honda, yang dia tinggalkan meskipun kontraknya tersisa satu tahun, dan kemudian pindah ke Gresini sebelum bergabung dengan tim pabrikan Ducati.
“Saya tidak akan membuat keputusan itu, tapi saya memahaminya. Pilihan itu juga yang membuat saya memutuskan untuk memilih Yamaha,” aku Campinoti, yang masih mengenang hubungan panjangnya dengan tim asal Venesia tersebut. “Saya selalu merasa bahwa tanpa Gigi Dall’Igna, saya akan kehilangan anggota keluarga atau teman, tapi kami adalah profesional dan mereka akan menerimanya seperti halnya saya. Bagaimanapun, tahun-tahun yang dihabiskan bersama meninggalkan bekas. Mengucapkan selamat tinggal sebagai juara bisa jadi sulit, tetapi juga lebih mudah jika Anda merasa telah mencapai lingkaran penuh. Kejuaraan musim lalu dimenangi bersama pembalap Spanyol Jorge Martin, yang memiliki hubungan luar biasa dengannya, seperti hubungan ayah dan anak. Meski kekecewaan membawa pembalap Spanyol itu ke Aprlilia.
“Jorge adalah pria yang hebat, kami memiliki hubungan yang spesial. Dia mengalami tahun yang sangat sial, semua hal yang bisa salah baginya menjadi salah, itu adalah kesialan. Para pembalap terbiasa terjatuh dan biasanya mereka tidak terluka. Kali ini dalam dua kecelakaan ia mengalami patah tangan dan kaki ….. Dia akan absen setidaknya dua Grand Prix lagi,” ujarnya, merujuk pada MotoGP Argentina dan Amerika Serikat. Seperti yang sudah bisa diduga dalam wawancara seperti ini, kesuksesan Marquez dikaitkan dengan persahabatan rekan setimnya, Pecco Bagnaia, dengan Valentino Rossi dan reaksi The Doctor terhadap kemenangan penuh Marquez di Thailand. “Ini adalah perang dingin, butuh seseorang untuk menyelesaikannya. Orang terakhir yang ingin melihat Valentino menang adalah Marquez. Hal ini mungkin sedikit mempengaruhi atmosfer, ketenangan secara umum, tapi itu normal, ini adalah luka yang terbuka,” ungkap Campinoti.