Pemimpin Junta Militer Myanmar meminta bantuan internasional untuk mengatasi banjir bandang yang terjadi di negaranya. Hal ini merupakan permintaan langka karena sebelumnya Myanmar sering menolak bantuan asing. Junta militer meminta pemerintah untuk menghubungi negara-negara asing dan menerima bantuan bagi para korban banjir bandang yang telah membuat ratusan ribu warga mengungsi.
Topan Yagi yang melanda Asia Tenggara beberapa waktu lalu telah menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di berbagai negara termasuk Myanmar, Vietnam, Laos, dan Thailand. Bencana ini telah menewaskan hampir 300 orang dan memaksa ratusan ribu orang untuk meninggalkan rumah mereka.
Di tengah bencana ini, situasi kemanusiaan di Myanmar semakin memburuk karena sejak kudeta militer 2021 negara tersebut telah menghadapi konflik berkepanjangan. Lebih dari 2,7 juta orang telah mengungsi akibat kekerasan yang terus terjadi.
Penduduk di wilayah Taungoo, dekat ibu kota Naypyidaw, terpaksa menggunakan rakit darurat untuk menyelamatkan diri dari banjir. Banyak warga kehilangan harta benda mereka namun yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa manusia dan hewan.
Di Vietnam, korban jiwa akibat bencana ini mencapai 262 orang dan 83 orang masih hilang. Sedangkan di Laos, ibu kota Vientiane juga terendam luapan sungai Mekong. Bencana ini telah menyebabkan ribuan orang melarikan diri dengan segala cara, termasuk menggunakan gajah di Myanmar dan jetski di Thailand.