LEADERSHIP ATTRIBUTES – prabowosubianto.com – prabowo2024.net

by -50 Views

Keberanian

Bagi seorang prajurit, keberanian adalah mutlak penting. Keberanian bukan hanya berkaitan dengan keberanian fisik tetapi juga keberanian moral. Keberanian fisik ditunjukkan dalam kemauan untuk mengatasi ketakutan di hadapan cedera dan kematian. Keberanian moral adalah keberanian untuk menghadapi risiko kehilangan jabatan, pangkat, dan posisi karena tindakan yang tidak disukai oleh atasan tetapi sesuai dengan keyakinan sebagai prajurit TNI. Keberanian fisik dan keberanian moral tercermin dalam kemampuan seorang pemimpin untuk membuat keputusan dalam situasi sulit dan berisiko. Tanpa keberanian, seorang pemimpin militer tidak dapat berhasil. Begitupun, ketika seorang komandan kehilangan keberaniannya, penghargaan dari bawahannya akan berkurang atau bahkan hilang sama sekali.

Kepribadian yang Menonjol

Seorang pemimpin militer harus memiliki kepribadian yang menonjol dan baik hati. Saya mengatakan kepribadian yang baik karena banyak tokoh yang menonjol tetapi tidak baik hati, seperti Adolf Hitler, Pol Pot, Stalin, dan Al Capone. Seorang orang yang baik selalu menunjukkan kejujuran, mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri, menunjukkan rasa rendah hati dan kesiapan untuk berkorban, dan tidak mudah goyah oleh keadaan. Dari leluhur Indonesia, kita dapat mempelajari delapan kualitas pribadi dari pemimpin yang baik, yang dikenal sebagai hasta brata:

1. Seorang pemimpin harus seperti Laut (Pindo Jaladri). Seorang pemimpin bersikap luas pemikirannya, mampu mendengarkan hal-hal negatif tetapi selalu melakukan hal-hal positif.
2. Seorang pemimpin harus seperti Bulan (Pindo Candra). Seorang pemimpin selalu bisa menjadi cahaya pemandu di dalam kegelapan.
3. Seorang pemimpin harus seperti Bintang (Pindo Kartika). Seorang pemimpin dapat menunjukkan arah yang benar bagi rakyatnya dan selalu memberikan harapan.
4. Seorang pemimpin harus seperti Gunung (Pindo Arga). Seorang pemimpin memiliki keyakinan teguh yang tidak mudah terpengaruh oleh keadaan.
5. Seorang pemimpin harus seperti Bumi (Pindo Bahana). Seorang pemimpin memahami apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya dan memberikan bantuan tanpa diskriminasi.
6. Seorang pemimpin harus seperti Api (Pindo Dahana). Seorang pemimpin memberikan kehangatan dan dapat membangkitkan semangat pasukannya serta menghilangkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan.
7. Seorang pemimpin harus seperti Angin (Pindo Bayu). Seorang pemimpin dapat bergerak bebas dan bisa dirasakan di mana-mana.
8. Seorang pemimpin harus seperti Matahari (Pindo Surya). Seorang pemimpin selalu menjadi sumber energi positif bagi lingkungannya.

Kedelapan sifat kepribadian yang bisa kita pelajari dari leluhur bangsa seharusnya dipertimbangkan karena kebijaksanaan mereka tidak boleh dianggap remeh. Pada dasarnya, jika seorang pemimpin memiliki sifat-sifat kepribadian negatif seperti keserakahan, ketidakjujuran, egoisme, pengecut, kepedulian yang kurang, ketidakadilan, kebanggaan, narsisme, maka dengan cepat, ia akan ditinggalkan dan bahkan dilawan oleh bawahannya sendiri.

Kesetiaan

Seorang pemimpin militer harus memiliki kesetiaan yang kuat dan mutlak kepada negara, bangsa, dan rakyat. Jika ia tidak setia, ia tidak akan memiliki kekuatan untuk menghadapi cobaan dan kesulitan dalam hidupnya sebagai seorang pemimpin. Kesetiaan dapat tercermin dalam komitmen seseorang terhadap suatu organisasi, dedikasi kepada rekan-rekan dan orang-orang yang dipimpinnya. Ada pemimpin yang, di bawah keadaan yang tidak menguntungkan, cepat mencari kambing hitam atau menyalahkan bawahannya. Banyak juga yang cenderung mencari kesalahan bawahannya ketika segala sesuatunya tidak berjalan lancar. Di sisi lain, jika bawahannya berhasil, mereka sering menjadi orang pertama yang bangkit dan mengklaim kemenangan sebagai milik mereka sendiri. Seorang pemimpin sejati selalu berusaha untuk membela dan menempatkan kepentingan bawahannya di atas kepentingannya sendiri. Ada kebijaksanaan militer kuno yang dapat kita pelajari dari hal ini: Jika kamu peduli dengan bawahanmu, bawahanmu akan peduli padamu.

Keterampilan Profesional

Agar menjadi seorang pemimpin yang sukses, seseorang harus memiliki keterampilan dan kemampuan profesional. Seorang pemimpin harus menguasai bidangnya. Jika ia adalah komandan batalyon infanteri, ia harus memahami semua jenis infanteri. Seorang pemimpin harus benar-benar menguasai semua teknik dan taktik dari level peleton, kompi hingga batalyon. Mereka harus memiliki visi setara dengan dua level di atas mereka dan penguasaan setara dengan dua level di bawah mereka. Seorang pemimpin yang berani tetapi bodoh akan menimbulkan banyak korban di pasukan bawahannya.

Gairah

Elemen kelima yang saya percaya bahwa seorang pemimpin harus miliki adalah gairah. Itulah yang mendorong seorang pemimpin militer untuk bertindak dan maju secara dinamis. Gairah mendorong seorang prajurit untuk menanggung penderitaan dan tetap tenang serta tegar di hadapan bahaya. Gairah akan mendorong seorang pemimpin militer untuk meraih kemenangan. Tanpa gairah, seorang pemimpin tidak akan bisa mencapai hasil yang gemilang. Jika dua orang yang sama cerdas dan mampu bersaing, orang yang memiliki gairah yang lebih besar akan muncul sebagai pemenang. Ada pepatah dalam dunia militer yang mengatakan: Rencana paling brilian yang dijalankan dengan setengah hati akan menghasilkan hasil yang lebih buruk daripada rencana sederhana yang dijalankan dengan penuh semangat. Perang mungkin dilakukan dengan senjata, tetapi kemenangan dicapai oleh orang-orang. Itu adalah semangat para orang yang mengikuti dan semangat orang yang memimpin yang mendapatkan kemenangan. (Jenderal G.S. Patton)

Menurut pendapat saya, berdasarkan studi saya tentang sejarah kepemimpinan militer yang berhasil dan efektif, saya percaya bahwa setiap pemimpin militer harus memiliki dan menjalani filosofi kepemimpinan. Filosofi memandu seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Filosofi yang sering saya gunakan adalah 11 Prinsip Kepemimpinan TNI, yang akan saya bahas secara detail di Bab 10 buku ini, dan prinsip sederhana yang berbunyi: Bagi saya, itu berarti dalam membuat keputusan atau kebijakan, seseorang harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah itu akan menguntungkan negara, bangsa, dan angkatan bersenjata. Jika iya, jangan ragu, dan hanya setelah itu seseorang bisa mulai memikirkan kepentingan pribadinya. Bukan sebaliknya. Jika seseorang sudah memprioritaskan kepentingan pribadinya di atas bawahan, apalagi kepentingan negara, maka ia bertindak dengan egois dan menunjukkan kepemimpinan yang buruk. Pertama: Tanah Airku; Kedua: Balaikata; Ketiga: Diriku.

Hal lain yang Mendefinisikan Kepemimpinan Militer yang Sukses

Kebugaran Fisik

Seorang pemimpin militer harus memiliki kebugaran fisik yang sangat baik. Ia harus bisa memimpin bawahannya dengan contoh dan menjadi panutan. Seorang pemimpin militer tidak akan efektif jika ia tidak bugar. Ia tidak bisa memimpin bawahannya jika tidak hadir di tengah-tengah mereka atau di depan mereka. Ketahanan fisik yang sangat baik diperlukan untuk menghadapi tekanan kehidupan militer dan stres kehidupan sehari-hari.

Kehadiran Pada Momen dan Tempat Kritis

Atasan saya sering mengajarkan saya bahwa pemimpin harus selalu hadir di tempat dan momen yang paling kritis. Kehadiran seorang pemimpin dapat menenangkan para bawahannya yang mungkin terganggu oleh kondisi yang tidak menentu yang mereka hadapi dan bahaya yang mereka hadapi. Seorang pemimpin militer juga harus mampu membaca dan menilai suatu situasi secara dekat. Ia harus bisa cepat merasakan psikologi bawahannya di suatu titik yang sangat kritis. Keputusan penting sering harus dibuat dengan cepat dan akurat. Dalam keadaan darurat, perubahan sering terjadi dengan sangat cepat. Oleh karena itu, seorang pemimpin militer yang memantau suatu situasi kritis dari kejauhan sering lambat dalam membuat keputusan penting, kadang-kadang hidup-or-mati.

Berpikir Ke Depan dan Kreativitas

Seorang pemimpin harus memiliki pikiran yang progresif untuk menerapkan kebijakan yang dapat meningkatkan situasi sekarang untuk mencapai kemajuan di masa depan. Menjaga status quo dan mengabaikan hal-hal yang memerlukan perbaikan dan perubahan akan mengarah pada stagnasi, bahkan degenerasi dan degradasi. Seorang pemimpin harus kreatif dan dinamis. Jika ia hanya menunggu instruksi dan tidak mau mengambil inisiatif, maka organisasi yang dipimpinnya tidak dapat menjawab tantangan yang mungkin muncul tiba-tiba. Pemimpin-pemimpin besar dalam sejarah sering bisa mengembangkan solusi yang tak terduga dan menunjukkan jalan keluar atas kesulitan atau masalah yang rumit bagi bawahannya. Cybernetics Sebuah hukum yang dikenal sebagai cybernetics menyatakan, “Jika Anda berpikir bahwa Anda akan kalah, Anda sudah kalah.” Intinya adalah: Jangan pernah berbisik di hati Anda bahwa Anda mungkin kalah. Anda harus memiliki semangat untuk sukses. Keinginan untuk menang akan menghasilkan pemenang. Hukum Murphy Salah satu hukum dalam aktivitas manusia dan organisasi yang layak dipertimbangkan adalah hukum Murphy yang berbunyi: ‘Jika rencana bisa berjalan salah, biasanya akan berjalan salah’. Seringkali seseorang akan menemukan hukum Murphy dalam kehidupan militer, yang versi lokalnya adalah ‘ojo kagetan’. Seorang pemimpin harus selalu siap menghadapi skenario terburuk. Rasa Tanggung Jawab dan Dedikasi…

Source link