Gaza – Pasukan penjajah Israel melakukan kejahatan terbaru dengan menyasar puluhan jamaah shalat dzuhur di sebuah mushalla di Jalur Gaza. Belasan syuhada dan puluhan lainnya terluka dalam serangan pada Sabtu siang tersebut.
Kantor berita WAFA melaporkan, pada tengah hari pesawat tempur penjajah menargetkan mushalla di dekat Masjid Putih di kamp pengungsi al-Shati di sebelah barat Kota Gaza. Serangan itu mengakibatkan setidaknya 17 warga sipil tewas dan melukai banyak orang lainnya, termasuk anak-anak dan wanita.
Serangan Israel tersebut menyerang orang-orang yang sedang berkumpul untuk shalat dzuhur di mushalla tersebut. Rekaman video kamp pengungsi Shati setelah serangan Israel menunjukkan mayat di dalam gedung dan bekas darah.
“Warga di lingkungan tersebut memutuskan untuk melaksanakan shalat berjamaah di mushalla, kami menghindari shalat berjamaah pada Maghrib dan Isya di masjid agar tidak menjadi sasaran. Kami terkejut hari ini bahwa rudal Israel menargetkan tempat itu. Semua orang keluar terpencar, tidak kurang dari 20 korban.”
Bagaimanapun, ketabahan warga Gaza di tengah pemboman brutal Israel sulit dipungkiri. Setelah serangan brutal terbaru, seorang wanita Palestina dari Jalur utara yang kehilangan empat anaknya selama perang, sementara suaminya hilang, mengatakan dia tetap tidak akan meninggalkan Gaza atau pergi ke selatan Jalur Gaza.
“Demi Allah, Netanyahu, saya tidak akan pergi ke Jalur Gaza bagian selatan. Ini adalah tanah saya, saya tidak akan pergi, dan kami akan mengambil hak kami dari Netanyahu dan Israel,” kata seorang perempuan dari kamp pengungsi Shati, merujuk Perdana Menteri Israel seperti yang dilaporkan Aljazirah, Sabtu (13/7/2024).
“Saya adalah ibu dari empat orang syuhada, dan saya tidak memiliki anak laki-laki lagi, dan saya bangga dengan mereka, terima kasih ya Allah. Dan kami memberitahu Netanyahu bahwa kami siap mengorbankan diri kami sendiri,” kata wanita tersebut. “Allah menjanjikan kemenangan kepada kami, dan kemenangan kami sudah dekat ya Allah,” kata wanita tersebut.
Di lokasi lain, setidaknya 71 warga Palestina tewas dalam pembantaian oleh pasukan penjajahan Israel (IDF) di wilayah Al-Mawasi di selatan Jalur Gaza. Lebih dari 289 orang terluka, banyak di antaranya dalam kondisi kritis, menurut sumber medis setempat.
Agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak Oktober tahun lalu sejauh ini telah menyebabkan 38.345 kematian warga Palestina, dan 88.295 orang lainnya terluka. Ribuan lainnya terperangkap di bawah reruntuhan dan di jalanan, tidak bisa diakses oleh tim penyelamat dan ambulans.
Amjad al-Shawa, direktur Jaringan LSM Palestina, mengatakan pembantaian di al-Mawasi adalah “pesan dari Israel kepada dunia bahwa berulang kali mereka menargetkan warga sipil Palestina di mana pun mereka berada.”
“Daerah ini sering diserang; penuh dengan tempat berlindung dan tempat penampungan, tempat-tempat ini berisi ribuan tenda di mana anak-anak, wanita, dan orang tua tinggal di bawah tenda-tenda ini sebagai tempat yang aman,” katanya kepada Aljazirah di Deir el-Balah di tengah Gaza.
“Banyak keluarga, yang mengungsi untuk ke-10 kalinya, mencari keselamatan dan keamanan,” katanya, seraya menambahkan bahwa serangan itu menunjukkan “kegagalan komunitas internasional untuk memberikan tekanan pada Israel agar menghentikan perangnya terhadap warga sipil Palestina”.
Dalam pernyataan di X, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk “pembantaian” Israel di kamp pengungsi al-Mawasi dan Shati di Gaza. Kementerian tersebut meminta “negara-negara yang mendukung Israel untuk membangkitkan hati nurani dan moral mereka, dan berhenti menghambat upaya internasional untuk mengakhiri perang genosida” di wilayah Palestina yang terkepung.
Sumber: Republika.