Sebuah laporan yang dipublikasikan oleh jurnal medis, The Lancet, menganalisis data kematian dan mengungkap bahwa jumlah kematian akibat aksi genosida Israel di Gaza bisa mencapai 186 jiwa. Angka tersebut empat kali lipat dari angka resmi yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza sebanyak 38.200 orang.
“Jumlah korban tewas yang dilaporkan kemungkinan lebih rendah dari jumlah sebenarnya. Lembaga Airwars melakukan penilaian rinci terhadap insiden-insiden di Jalur Gaza dan menemukan bahwa tidak semua nama korban yang teridentifikasi ada dalam daftar otoritas setempat,” demikian disebutkan dalam kajian The Lancet.
Dalam laporannya, The Lancet menggunakan perkiraan bahwa empat kematian ‘tidak langsung’ terjadi dari setiap warga Gaza yang tewas akibat bom, peluru, dan serpihan tajam. Angka kematian lebih dari 100 ribu orang pernah disebut oleh sumber lokal selama beberapa pekan terakhir dan dianggap dapat dipercaya mengingat skala kehancuran yang terjadi di Gaza saat ini.
PBB memperkirakan bahwa hingga 29 Februari 2024, sebanyak 35 persen bangunan di Jalur Gaza telah hancur. Hal ini menyebabkan kemungkinan bahwa jumlah jenazah yang masih tertimbun di reruntuhan bangunan yang hancur cukup besar, diperkirakan melampaui angka 10.000.
Selain itu, 14 ribu bom berat masing-masing 907 kg yang dipasok oleh Amerika Serikat untuk Israel juga menyebabkan jumlah korban tewas sangat tinggi. Bom-bom ini tidak hanya membunuh secara langsung, namun juga menghancurkan infrastruktur di Jalur Gaza, memperburuk situasi krisis yang menyebabkan korban tewas terus meningkat.
Fasilitas kesehatan, jaringan distribusi makanan, dan sistem sanitasi yang hancur membuat warga Gaza yang masih bertahan terpaksa hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
“Jumlah korban tewas diperkirakan besar karena intensitas konflik, rusaknya sistem kesehatan, kelangkaan makanan, air bersih, dan tempat tinggal, ketidakmampuan warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, serta hilangnya pendanaan untuk UNRWA,” demikian bunyi kajian yang dirilis oleh The Lancet.
The Lancet mengklaim bahwa studi saintifik mereka didasarkan pada sumber yang tidak dapat diperdebatkan bahkan oleh propaganda Israel yang paling canggih sekalipun. Israel dan sekutunya, seperti pemerintah Amerika Serikat dan Inggris, selama ini seringkali meragukan statistik korban yang dirilis oleh Hamas sebagai ‘sampah’, meskipun data-data tersebut terbukti akurat.
Dikarenakan data jumlah korban luka biasanya dua kali lipat dari angka kematian, maka bisa diperkirakan bahwa lebih dari 370 ribu warga Gaza terluka, dan banyak di antara mereka mengalami cacat fisik permanen. Angka-angka yang dirilis oleh The Lancet mencerminkan skala penderitaan dua juta warga Gaza, di mana separuh dari populasi tersebut adalah anak-anak.