Hizbullah: Siapa yang Akan Berperan Penting di Palestina Setelah Perang Gaza?

by -100 Views

BEIRUT— Gerakan Palestina Hamas akan memainkan peran penting dalam arena politik Palestina setelah kondisi perang berakhir di Jalur Gaza, kata Wakil Sekjen Hizbullah Naim Qassem kepada Sputnik dalam sebuah wawancara pada Jumat (5/7/2024).

“Ada pembicaraan tidak langsung dengan gerakan tersebut, dan itulah sebabnya, setelah gencatan senjata, Hamas akan tegas berdiri di arena politik Palestina dan akan mendukung penerapan perjanjian gencatan senjata,” kata Qassem dalam wawancara tersebut.

Perlawanan Hamas terhadap Israel telah menyebabkan jalan buntu bagi Hamas dan sekutu-sekutunya karena aksi militer yang sedang berlangsung di daerah kantong tersebut secara signifikan membatasi pilihan Israel untuk mengambil kendali atas Jalur Gaza pasca perang, kata pejabat tersebut.

“Israel tidak punya pilihan lain selain menerima persyaratan Hamas karena gerakan tersebut tidak akan menghentikan perlawanan kecuali (pasukan Israel) menghentikan penembakan dan agresi terhadap warga sipil… Oleh karena itu, prospek kesepakatan tetap menjadi yang paling memungkinkan hingga saat ini,” kata Qassem.

Sementara itu, Pemimpin kelompok pejuang Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, telah melakukan pembicaraan dengan Qatar, Mesir, dan Turki untuk meninjau perkembangan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Dalam pernyataan yang dirilis Rabu (3/7/2024), Hamas mengatakan Haniyeh telah berkomunikasi dengan para mediator di Qatar dan Mesir mengenai ide-ide untuk mencapai kesepakatan yang akan mengakhiri agresi brutal Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

“Haniyeh juga berbicara dengan para pejabat di Turki mengenai perkembangan terkini,” kata Hamas.

Israel telah menewaskan hampir 38.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak melancarkan serangan balasan terhadap Hamas pada 7 Oktober 2023.

Serangan militer Israel telah menghancurkan daerah kantong pantai tersebut.

Para mediator menyampaikan tanggapan dari Hamas terhadap usulan yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan di Gaza dan gencatan senjata di wilayah tersebut.

Israel sedang mengevaluasi respons dari Hamas dan akan menyampaikan jawabannya kepada para mediator, menurut pernyataan yang dirilis oleh kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas nama badan mata-mata Mossad.

Mesir, Qatar, dan AS telah berupaya selama berbulan-bulan untuk mengamankan proses gencatan senjata dan pembebasan 120 warga Israel yang masih disandera Hamas di Gaza.

Namun, upaya mediasi itu tetap tidak berhasil. Hamas mengatakan kesepakatan apapun harus mengakhiri perang dan memungkinkan penarikan seluruh pasukan Israel dari Gaza.

Di sisi lain, Israel cenderung akan menerima jeda kemanusiaan untuk sementara waktu dan tetap bertekad mengakhiri perlawanan Hamas.

Pada 7 Oktober 2023, gerakan Palestina Hamas menyerang Israel dari Gaza, menewaskan lebih dari 1.100 warga Israel – baik militer maupun warga sipil – dan menculik sekitar 240 lainnya.

Sebagai balasan, Israel menerapkan blokade penuh terhadap Gaza dan memulai kampanye pengeboman dan invasi darat ke daerah kantong Palestina dengan tujuan melenyapkan Hamas dan menyelamatkan para sandera.

Otoritas Zionis tersebut sejauh ini telah membunuh lebih dari 38.000 warga Palestina dan melukai sekitar 87.400 lainnya sejak 7 Oktober, menurut pihak berwenang setempat.

Sementara itu, situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah dimulainya operasi militer Israel di Jalur Gaza.

Tentara Israel dan pejuang Hizbullah Lebanon secara rutin saling menembak di posisi masing-masing di daerah sepanjang perbatasan.

Ragam Faksi Militer di Palestina – (Republika)