NEW YORK – Para mahasiswa yang pernah menduduki Aula Hamilton di Universitas Columbia telah mengubah nama gedung bersejarah itu menjadi Aula Hind. Siapakah sebenarnya pemilik nama yang diadopsi oleh para demonstran pro-Palestina tersebut?
Pada bulan Januari, seorang anak perempuan berusia enam tahun bernama Hind Rajab menghabiskan tiga jam di telepon dengan layanan darurat Palestina. Dia menangis meminta pertolongan, dan terjebak di dalam mobil di bawah tembakan Israel di Gaza. Kerabatnya tewas saat mencoba melarikan diri. Dua belas hari kemudian, dia ditemukan meninggal dunia.
Tragedi ini dilaporkan terjadi pada 29 Januari, ketika Hind dan keluarganya berusaha melarikan diri dari pasukan Israel yang menembaki mobil mereka. Sebuah laporan menyebutkan bahwa ibu Hind dan kakak-kakaknya berjalan kaki.
Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) pertama kali berkomunikasi dengan sepupu Hind yang berusia 15 tahun, Layan Hamadeh, yang memberitahu mereka bahwa orang tua dan saudara kandung Hind telah tewas tertembak. Namun, panggilan telepon terputus oleh suara tembakan.
Percakapan telepon Hind selama tiga jam dengan petugas operator direkam dan dirilis oleh PRCS. Dalam percakapan tersebut, Hind memohon bantuan, minta diselamatkan, dan takut pada kegelapan.
Petugas operator, Rana al-Faqeh, menyatakan bahwa Hind mengungkapkan ketakutannya dan meminta bantuan. Setelah menunggu selama tiga jam, ambulans PRCS baru diberi izin untuk mengakses lokasi, namun diserang setelah tiba di tempat kejadian.
Setelah pasukan Israel pergi, keluarga Hind menemukan jenazahnya di dalam mobil di Kota Gaza. PRCS juga menemukan ambulans mereka yang dibom serta dua paramedisnya yang tewas.
Ibu Hind, Wissam Hamada, bersumpah akan menuntut di hadapan Tuhan kepada mereka yang mendengarkan tangisan putrinya dan tidak menyelamatkannya.
Sumber: Republika