Cina Mendorong Upaya Perdamaian Skala Besar untuk Mengatasi Krisis di Gaza

by -115 Views

Warga Palestina sedang memeriksa reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kota Khan Younis, di bagian selatan Jalur Gaza, pada hari Kamis (26/10/2023).

KAIRO — Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyatakan bahwa Cina mendesak adanya pertemuan perdamaian internasional yang besar dan efektif untuk mengakhiri perang di Gaza. Beijing juga menekankan perlunya kerangka waktu yang jelas untuk menerapkan solusi dua negara.

Pernyataan tersebut disampaikan setelah pertemuan Wang dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry di Kairo. Menurut Kementerian Luar Negeri Cina, Wang menyampaikan pandangannya mengenai perang Israel di Gaza.

Selain itu, Wang juga bertemu dengan Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit di mana keduanya berbagi pandangan mendalam mengenai konflik tersebut. Dalam pertemuan itu, mereka merumuskan beberapa poin untuk membantu mengatasi krisis.

Wang saat ini sedang melakukan kunjungan diplomatik ke Mesir, Tunisia, Togo, dan Pantai Gading yang berlangsung hingga Kamis (18/1/2024). “Perang di Gaza telah menyebabkan banyak korban di kalangan warga sipil tak berdosa, yang mengarah pada bencana kemanusiaan yang serius dan mempercepat penyebaran efek negatif,” kata Wang setelah bertemu Shoukry, seperti yang dikutip dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Cina, Selasa (15/1/2024). 

Wang juga menegaskan bahwa infrastruktur di Jalur Gaza benar-benar hancur, jutaan orang kesulitan bertahan hidup. Ia menyatakan bahwa Cina akan mengirimkan bantuan kemanusiaan tahap ketiga.

Selain itu, Wang juga mengatakan bahwa masyarakat internasional harus mendengarkan kekhawatiran negara-negara di kawasan tersebut. “Dan masa depan tata kelola Gaza harus menjadi tahapan penting menuju solusi dua negara,” katanya.

Media Cina melaporkan bahwa dalam pertemuan terpisah dengan Ahmed Aboul Gheit, keduanya sepakat bahwa masyarakat internasional harus segera meredakan ketegangan dan mencapai gencatan senjata. Mereka juga menekankan bahwa solusi dua negara tetap menjadi dasar untuk pengaturan masa depan mengenai nasib rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.

Sumber: Republika