Kepemimpinan Mayor Jenderal TNI (Purn) I Ketut Wirdhana

by -135 Views

Saya mengenal Pak Ketut Wirdana ketika beliau menjadi komandan Brigade saya, yaitu Komandan Brigade Infanteri 17/KOSTRAD dengan pangkat Kolonel. Beliau lulusan Akmil tahun 1966 dan mantan Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 502, salah satu Batalyon terbaik TNI. Beliau terkenal sebagai orang lapangan.

Sebagai komandan lapangan, beliau memiliki pembawaan yang sangat percaya diri, relaks, humoris, tidak protokoler, dan akrab terhadap anak buah. Saya masih ingat ketika beliau datang berkunjung ke batalyon saya di Cilodong pada suatu waktu. Beliau tiba tepat pukul 12.00 siang. Kami berbincang di kantorku sampai waktu apel siang pukul 13.45 tiba. Namun, saat trompet apel siang berbunyi dan hingga pukul 14.00, beliau melihat ke lapangan dan menyaksikan tidak ada pasukan yang melaksanakan apel siang. Beliau pun bertanya apakah kompi saya tidak melaksanakan apel siang.

Saya menjelaskan ke beliau bahwa saya membebaskan apel siang kepada anak buah dengan pertimbangan bahwa kompi ini telah melaksanakan kegiatan fisik. Satu kompi telah melaksanakan latihan cross country. Satu kompi lagi habis melaksanakan latihan taktik. Bahkan satu kompi lagi masih berada di lapangan tembak. Saya menjelaskan kompi-kompi saya satu per satu. Semua punya kegiatan fisik yang memakan waktu dan tenaga. Kemudian saya menjelaskan ke beliau bahwa saya ingin memberikan waktu dan tindakan yang efisien kepada anak buah. Saya bebaskan mereka apel siang sehingga mereka bisa memanfaatkan waktu untuk mencuci pakaian, sepatu, membersihkan senjata, dan yang tidak kalah penting juga adalah istirahat. Saya juga mengizinkan prajurit untuk tidur siang.

Namun, saya juga menekankan ke beliau bahwa sebentar lagi, tepatnya pukul 15.50, pasukan saya akan melaksanakan kegiatan sore. Mereka akan melanjutkan kegiatan-kegiatan yang berbeda. Ada yang berlari, maraton, bela diri, bermain basket, voli dan termasuk melanjutkan latihan menembak di lapangan tembak. Pukul 15.50, lapangan-lapangan batalyon sudah penuh. Prajurit melaksanakan kegiatan masing-masing. Tidak ada yang tidak memiliki kegiatan.

Saya sampaikan kepada beliau bahwa dengan memberikan waktu tambahan kepada prajurit, mereka segar kembali, stamina pulih sehingga mereka semakin giat menjalankan latihan. Hampir setiap kejuaraan, batalyon saya menang. Demikian juga setiap operasi, selalu unggul.

Berdasarkan pengalaman dan buku yang saya baca, seorang prajurit pasukan tempur paling tidak suka bertele-tele. Mereka ingin menerapkan efisiensi waktu dan tenaga. Mereka juga tidak senang komandan berbicara terlalu lama. Oleh karena itu, saya biasanya mengumpulkan mereka di ruangan atau di bawah pohon yang teduh dalam keadaan duduk. Saya juga tidak suka memimpin upacara lama-lama. Karena saya tidak hanya memberikan sesanti, tapi juga mengajarkan praktik di lapangan.

Pak Ketut puas dengan penjelasan saya. Dia telah diberitahu bahwa saya terlalu lemah dengan anak buah saya. Dia termasuk di antara mereka yang mempertanyakan kebijakan saya. Namun, setelah menyaksikan situasi dan mendengar dari saya secara langsung, dia bisa mengerti mengapa saya melakukannya. Ia membiarkan saya melanjutkan kebijakan mengizinkan pasukan saya untuk memiliki lebih banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Bagi saya, merawat seragam, senapan, sepatu boots, memperbaiki kaus kaki, semuanya sangat penting bagi mereka. Juga kebutuhan akan tidur siang, yang kini telah dibuktikan oleh banyak ahli di seluruh dunia bahwa tidur siang dapat meningkatkan produktivitas, semangat kerja, dan kinerja. Itulah sebabnya saya melanjutkan kebijakan saya, dan Pak Ketut mendukung saya sepenuhnya. Meski banyak saingan saya yang mempertanyakan, Pak Ketut tidak pernah lagi mempertanyakan kebijakan saya.

Karena itulah saya terkesan dengan Pak Ketut. Beliau merupakan komandan yang bijaksana, bersedia mendengar penjelasan dan mengayomi anak buah. Kebijakan yang diambil anak buah tersebut masuk akal. Meskipun banyak orang yang menjelekkan saya, bagi saya hal itu biasa. Karena setiap orang yang ingin membuat inovasi, pasti banyak yang menentang. Itulah pengalaman hidup saya. Tapi saya bersyukur selalu dilindungi oleh komandan-komandan yang baik, salah satunya Pak Ketut. Sumber: https://prabowosubianto.com/kepemimpinan-mayor-jenderal-tni-purn-i-ketut-wirdhana/

Source link