MOSKOW – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyatakan bahwa penting untuk memutus lingkaran setan kekerasan dalam konflik Israel-Palestina. Selain itu, dia menekankan bahwa tanpa cakrawala politik, pertumpahan darah antara kedua belah pihak tersebut akan terus berlanjut.
Dalam wawancara dengan kantor berita Rusia, TASS, Lavrov mengungkapkan bahwa aksi atau tindakan teror tidak dapat dibenarkan. Namun, dia menekankan bahwa merespons hal tersebut dengan memberlakukan hukuman kolektif yang merupakan pelanggaran berat hukum kemanusiaan internasional, juga tidak dapat diterima.
“Ini diperlukan untuk memutus lingkaran setan kekerasan, untuk menghilangkan ketidakadilan yang telah diderita oleh beberapa generasi warga Palestina. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas di wilayah konflik Palestina-Israel dan di seluruh kawasan Timur Tengah pada umumnya,” kata Lavrov, dikutip dari laman TASS, Kamis (28/12/2023).
Dalam wawancara dengan TASS, Lavrov kembali menyampaikan bahwa posisi Rusia terkait konflik Israel-Palestina didasarkan pada keputusan Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB, serta Inisiatif Perdamaian Arab. “Ini menyiratkan pembentukan negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967 dengan ibu kota di Yerusalem Timur, yang akan hidup berdampingan secara damai dan aman dengan Israel. Tujuan dari mediator internasional adalah untuk membantu kedua pihak membangun dialog yang memungkinkan mereka untuk menyelesaikan semua perselisihan,” ucapnya.
Namun, Lavrov mengakui bahwa hal tersebut tidak akan berjalan mudah. “Namun alternatif dari negosiasi adalah pertumpahan darah yang terus berlanjut. Tanpa ‘cakrawala politik’, Israel dan Palestina akan terus mengalami eskalasi, seperti yang telah terjadi selama 75 tahun,” ujar Lavrov.
Dia menambahkan, Rusia selalu bertindak terbuka dan tidak pernah membahas isu konflik Israel-Palestina di balik layar. Lavrov mengkritik Amerika Serikat (AS) yang selalu melakukan negosiasi di balik pintu.
“Sudah waktunya bagi semua orang untuk mengambil pelajaran dari upaya AS dalam melakukan diplomasi di balik layar di Timur Tengah. Justru tindakan Washington yang memonopoli upaya mediasi dan melemahkan landasan penyelesaian hukum internasional yang menyebabkan peningkatan di zona konflik saat ini,” ucap Lavrov.
Hingga saat ini, Israel masih terus melancarkan agresi ke Gaza. Lebih dari 21 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023 lalu. Sementara korban luka sudah melampaui 52 ribu orang.
Sumber: Republika