Pemerintah China telah melarang warga negaranya untuk pergi ke bagian utara Myanmar karena situasi keamanan yang buruk di wilayah tersebut, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mao Ning.
“Situasi keamanan di Kokang, yang merupakan zona otonom, sangat parah dan kompleks. Kami mengingatkan warga negara China untuk tidak melakukan perjalanan ke Myanmar bagian utara,” kata Mao kepada media di Beijing, China, pada Kamis.
Konflik bersenjata telah terjadi sejak 27 Oktober 2023 ketika aliansi kelompok etnis bersenjata “Aliansi Tiga Persaudaraan” menyerang pos militer di negara bagian Shan di Myanmar utara yang berbatasan dengan China.
Mao juga meminta warga China yang sudah berada di daerah tersebut, terutama di kota Laukkaing, untuk pindah ke tempat yang aman atau kembali ke China dan mengambil tindakan pencegahan demi keselamatan.
Tiga kelompok tersebut adalah Tentara Aliansi Demokratis Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), dan Tentara Arakan (AA). Ketiganya telah bertemu di China tengah Desember 2023 untuk membuat kesepakatan perdamaian di Myanmar.
China berharap semua pihak menahan diri, meredakan situasi, dan mendorong pendekatan damai di Myanmar utara. China juga berkomitmen melindungi keselamatan proyek dan personel China di Myanmar.
PBB menyebutkan 18,6 juta penduduk Myanmar membutuhkan bantuan kemanusiaan dan sekitar enam juta di antaranya mengungsi, layanan kesehatan dan pendidikan terganggu, kerawanan pangan, malnutrisi, dan risiko perlindungan. Pada 2017, militer Myanmar melancarkan operasi kekerasan terhadap warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine yang disebut kelompok-kelompok HAM sebagai genosida. Hampir 1,2 juta warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh.