PARIS — Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, aksi Israel melawan Hamas di Jalur Gaza, bukan berarti membenarkan serangan tanpa pandang bulu terhadap penduduk sipil. Dia mendesak Israel agar berhenti melancarkan aksi membabi buta ke Gaza.
“Kita tidak bisa membiarkan gagasan bahwa perang yang efisien melawan terorisme berarti meratakan Gaza atau menyerang penduduk sipil tanpa pandang bulu,” kata Macron kepada stasiun televisi France 5, Rabu (20/12/2023).
Selain Israel, Uni Eropa diketahui turut melabeli kelompok Hamas sebagai organisasi teroris. Kendati demikian, Macron tetap meminta Israel menghentikan respons militer tanpa pandang bulu ke Gaza. “Karena semua nyawa bernilai sama dan kami membela mereka,” ujarnya.
Meski mengakui hak Israel untuk membela diri dan melawan teror, Macron menegaskan bahwa Prancis tetap menyerukan perlindungan warga sipil serta gencatan senjata yang mengarah pada gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Pada Rabu lalu, Hamas mengungkapkan, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah menembus 20 ribu jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan perempuan dan anak-anak.
Kendati jumlah korban meninggal telah menyentuh 20 ribu orang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan terus melanjutkan peperangan di Jalur Gaza. “Kami melanjutkan perang sampai akhir. Hal ini akan terus berlanjut sampai Hamas tersingkir; sampai kemenangan,” ujar Netanyahu dalam sebuah pernyataan, Rabu lalu, dilaporkan Anadolu Agency.
Netanyahu pun seolah menyisihkan kabar yang menyebut bahwa tengah berlangsung negosiasi antara Israel dan Hamas untuk memberlakukan jeda kemanusiaan kedua di Gaza. “Mereka yang mengira kami akan berhenti (berperang di Gaza), tidak terhubung dengan kenyataan,” katanya.
Dia menegaskan bahwa pasukan Israel tak akan berhenti berperang hingga Hamas tumpas dan orang-orang yang disandera kelompok tersebut dibebaskan. Netanyahu mengatakan, para pemimpin Hamas hanya mempunyai dua pilihan, menyerah atau tewas dalam pertempuran.
Belum ada komentar dari Hamas terkait pernyataan Netanyahu. Sementara itu Juru Bicara PBB Stephane Dujarric menyuarakan keprihatinan atas melonjaknya jumlah korban jiwa dalam peperangan di Jalur Gaza yang kini sudah menembus 20 ribu. Dia mengatakan, angka tersebut tak dapat diterima. “Jumlahnya (korban jiwa di Gaza) tidak dapat diterima dan sangat besar serta tidak jelas, dan kata sifat apa pun yang ingin Anda gunakan selama beberapa waktu,” kata Dujarric kepada awak media, Rabu kemarin.
Oleh sebab itu, dia menyerukan agar gencatan senjata kembali diterapkan di Gaza. “Kami ingin senjata tidak lagi digunakan karena kami dapat menjangkau masyarakat Gaza yang paling membutuhkan bantuan saat ini,” ujar Dujarric.
Sumber: Republika