Warga membawa korban serangan Israel ke RS Nasser di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza. Israel terus melancarkan serangan intensif di Jalur Gaza.
ISTANBUL— Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menilai berlanjutnya pertempuran di Gaza antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas, disebabkan karena kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam menghasilkan keputusan yang bisa dihormati semua pihak.
Dia mengkritisi kurangnya “kewarasan dan otoritas” DK PBB dalam merespons konflik di Gaza.
“Jika kita memiliki pemimpin sejati, jika kita memiliki badan yang membuat keputusan yang akan dihormati dan dipatuhi –dan itu adalah DK PBB– kita tidak akan mengalami perang ini,” kata Lula dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Jumat (1/12/2023). Dia menggambarkan situasi di Gaza sebagai “kegilaan” dengan jatuhnya ribuan korban jiwa, termasuk anak-anak, serta pengeboman terhadap rumah sakit di daerah tersebut.
Dia menekankan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri tetapi mengkritik pembunuhan yang tidak perlu terhadap perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah.
Lula kemudian menyerukan terwujudnya hidup berdampingan secara damai antara negara Palestina dan Israel.
Mendesak solusi diplomatik terhadap konflik tersebut, Lula mengkritik Presiden Amerika Serikat Joe Biden karena kurang sensitif untuk menyerukan penghentian pertempuran.
Lula juga mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan menyebutnya sebagai pemimpin yang tidak memperhatikan isu-isu kemanusiaan. Dia menekankan perlunya rasa hormat terhadap rakyat Palestina.
Tentara Israel kembali mengebom Jalur Gaza pada Jumat pagi setelah menyatakan berakhirnya jeda kemanusiaan yang berlangsung selama sepekan.
Sedikitnya 193 warga Palestina gugur dan 652 orang terluka akibat serangan udara Israel sejak Jumat, menurut data kementerian kesehatan Gaza.
Jeda kemanusiaan dimulai pada 24 November sebagai bagian dari kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan sementara pertempuran guna memungkinkan pertukaran sandera dan pengiriman bantuan.
Lebih dari 15 ribu warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, gugur dalam serangan Israel sejak 7 Oktober yang dilancarkan untuk membalas serangan lintas batas oleh Hamas. Sekitar 1.200 warga Israel juga telah terbunuh, menurut data pemerintah.
sumber : Antara
Sumber: Republika