Gencatan Senjata Hampir Berakhir, 40 Sandera Israel di Gaza Belum Ditemukan

by -121 Views

GAZA — Hamas sedang berusaha untuk memperpanjang gencatan senjata dengan Israel. Gencatan senjata empat hari yang disepakati kedua belah pihak pekan lalu akan berakhir pada Senin (27/11/2023).

Jerusalem Post melaporkan, Qatar, sebagai mediator antara Hamas dan Israel, telah mengutus delegasi intelijen ke Israel pada Sabtu (25/11/2023). Mereka ditugaskan untuk membahas kemungkinan perpanjangan gencatan senjata. Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengungkapkan, terdapat tantangan yang harus diatasi Hamas jika gencatan senjata dengan Israel ingin diperpanjang. Tantangan itu berkaitan dengan keberadaan sejumlah sandera.

Menurut Sheikh Mohammed, 40 perempuan dan anak-anak Israel saat ini disandera di Gaza, tetapi tidak berada di bawah naungan Hamas. Dia mengatakan bahwa Hamas, sebagai pihak yang mengontrol Gaza, harus melacak keberadaan mereka.

Sheikh Mohammed mengindikasikan bahwa tidak ada syarat lain yang membuat Israel bersedia memperpanjang gencatan senjata, kecuali kondisi seluruh warganya dipastikan aman. “Dari sudut pandang kami, kami ingin melihat perang ini berhenti untuk mencari solusi guna mengatasi kekhawatiran yang dimiliki Israel. Namun hingga saat ini, satu-satunya kesediaan untuk bernegosiasi mengenai jeda atau gencatan senjata adalah terkait dengan para sandera,” kata Sheikh Mohammed kepada Financial Times pada Ahad (26/11/2023) lalu.

Sheikh Mohammed mengungkapkan, saat negaranya memediasi pembicaraan gencatan senjata Hamas-Israel, Hamas mengakui adanya kelompok perlawanan Palestina lain di Gaza yang ikut melakukan penculikan terhadap warga Israel ketika mereka melancarkan operasi infiltrasi pada 7 Oktober 2023.

Sekelompok penduduk Gaza yang melintasi perbatasan ke Israel diduga ikut menangkap dan menawan warga Israel. Menurut Israel, lebih dari 240 orang diculik ketika Hamas melakukan operasi infiltrasi awal bulan lalu. Mereka yang diculik terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Sheikh Mohammad mengungkapkan bahwa belum diketahui berapa banyak sandera yang bisa ditemukan Hamas dalam beberapa hari mendatang. Dia mengatakan, pencarian warga Israel yang sejauh ini belum jelas keberadaannya di Gaza termasuk salah satu tujuan gencatan senjata empat hari yang dimulai sejak Jumat (24/11/2023).

Kelompok Jihad Islam yang juga berbasis di Gaza mengakui bahwa mereka menyandera lebih dari 30 orang. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Hizbullah atas nama mereka, Jihad Islam mengatakan tidak akan membebaskan para sandera sebelum Israel melepaskan seluruh tahanan Palestina dari penjaranya.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Gaza pada Ahad kemarin. Pada kesempatan itu, dia menyatakan menyambut perpanjangan masa gencatan senjata. Syaratnya, Hamas membebaskan 10 sandera tambahan setiap harinya.

Dalam perbincangan via telepon dengan Presiden AS Joe Biden akhir pekan lalu, Netanyahu mengatakan siap melanjutkan pertempuran di Gaza ketika gencatan senjata berakhir.

“Pada akhir perjanjian, kami mengembalikan kekuatan penuh untuk melaksanakan tujuan kami: menghancurkan Hamas, memastikan bahwa Gaza tidak akan kembali seperti dulu, dan tentu saja membebaskan semua sandera kami,” kata Netanyahu.

Dalam kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari yang disepakati pekan lalu, Hamas setuju membebaskan 50 sandera Israel. Sebagai gantinya, Israel harus membebaskan 150 warga Palestina, terdiri dari perempuan dan anak-anak, dari penjara mereka.

Sejak Jumat pekan lalu, Hamas telah membebaskan 63 sandera, termasuk 17 warga Thailand dan seorang warga Filipina. Sementara itu, Israel sudah membebaskan 117 tahanan Palestina.

Jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah melampaui 14.500 jiwa, termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33 ribu orang.

sumber : AP