Harapan Warga Gaza untuk Gencatan Senjata Permanen

by -125 Views

GAZA — Sebulan lalu, militer Israel meminta semua warga sipil untuk meninggalkan bagian utara Jalur Gaza. Di awal serangannya ke kantong permukiman padat penduduk tersebut, Israel menggempur Gaza dengan serangan udara. Namun, mereka terus membombardir bagian selatan di mana ratusan ribu orang mengungsi. Israel mengatakan warga sipil tidak boleh kembali ke utara selama gencatan senjata, dan banyak dari mereka yang melarikan diri ke selatan sekarang mencari informasi dari mereka yang tetap tinggal.

Di tenda-tenda darurat di luar Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Mohammed Shbeir mengatakan ia sangat ingin membawa keluarganya kembali ke rumah ke kamp pengungsi al-Shati di utara. Mereka memutuskan tidak melakukannya setelah mendengar desas-desus bahwa orang-orang yang mencoba melakukannya ditembaki pasukan Israel.

“Saya tidak bisa tinggal di tenda seperti ini. Saya dulu punya rumah dan merasa nyaman dengan anak-anak saya,” katanya, sambil menyuapi anaknya yang masih bayi dengan sup miju-miju karena tidak ada susu formula yang tersedia, Ahad (26/11/2023).

Sementara itu, blokade menambah krisis kemanusiaan. Hanya ada listrik untuk rumah sakit, sedikit air bersih, bahan bakar untuk ambulans, atau makanan dan obat-obatan. Di sebuah pasar jalanan di Khan Younis, Ayman Nofal mengatakan ia dapat membeli lebih banyak sayuran daripada yang tersedia sebelum gencatan senjata dan harganya lebih murah.

“Kami berharap gencatan senjata ini akan terus berlanjut dan permanen, bukan hanya empat atau lima hari. Orang-orang tidak dapat membayar biaya perang ini,” katanya.

Di sebuah kantor PBB di Khan Younis, warga menunggu untuk mendapatkan gas. Persediaan gas mulai menipis beberapa pekan yang lalu dan banyak orang memasak makanan di atas api unggun dengan bahan bakar kayu bekas yang diselamatkan dari lokasi-lokasi pengeboman. Mohammed Ghandour menunggu selama lima jam untuk mengisi tabung logam silindernya, setelah bangun subuh di sekolah tempat ia dan keluarganya berlindung. Namun, di penyeberangan Rafah dengan Mesir, truk-truk terlihat mulai bergerak perlahan melintasi perbatasan dan masuk ke Gaza dengan membawa pasokan baru. Sumber : Reuters (Republika)