Konflik antara Israel dan Hamas kali ini tidak hanya berdampak pada geopolitik, tetapi juga berdampak pada dunia digital. Di platform media sosial Cina, telah muncul tren yang mengkhawatirkan di mana komentar antisemit mengalami lonjakan yang signifikan.
Istilah “anti-Yahudi” menjadi populer dalam pencarian dan penyebutan di platform WeChat sejak awal perang Israel-Hamas. Sentimen ini bahkan mempengaruhi persepsi terhadap film “Schindler’s List” yang menggambarkan upaya pelindungan pengusaha Jerman terhadap pekerja Yahudi selama Holocaust.
Film ini dibanjiri dengan umpan balik negatif di situs streaming Bilibili dan platform kritik film Douban. Beberapa kritikus mengubah pandangan mereka terhadap film ini setelah melihat situasi konflik terkini.
Selain itu, berita yang berkaitan dengan konflik Timur Tengah di Cina juga dibanjiri dengan komentar yang mengancam langsung orang Yahudi. Sentimen negatif juga ditujukan kepada mereka yang membela tindakan Israel.
Gelombang permusuhan online ini juga berdampak pada para influencer Cina yang mengidentifikasi diri sebagai orang Yahudi, mereka menjadi sasaran troll online. Kedutaan Besar Israel di Beijing juga terpengaruh oleh tren ini.
Perang antara Israel dan Hamas menjadi latar belakang munculnya permusuhan digital ini. Cina secara historis mempertahankan sikap netral dalam masalah Israel-Palestina, namun baru-baru ini mereka mengadvokasi gencatan senjata dalam konflik tersebut.
Terdapat banyak faktor yang mungkin menjadi alasan lonjakan komentar antisemit di media sosial Cina. Salah satunya adalah meningkatnya sikap pro-Palestina selama perang Israel-Hamas yang mempengaruhi opini publik. Hal ini sangat penting karena Cina memiliki sejarah baik dengan orang Yahudi.
Belum jelas apakah peningkatan komentar antisemit ini terorganisir oleh negara atau muncul secara organik. Media dan tokoh-tokoh terkemuka di Cina juga membuat pernyataan kontroversial terkait konflik ini.
Jika pemerintah Cina menganggap komentar antisemit sebagai masalah, kemungkinan akan ada sensor terhadap komentar-komentar tersebut. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa Cina menganggap penyebaran sentimen ini menguntungkan secara geopolitik karena mereka sedang berusaha memperkuat hubungan dengan negara-negara Arab.
Cina telah aktif meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah setelah AS mengurangi kehadiran militernya di wilayah tersebut. Cina juga berperan dalam memperbaiki hubungan antara Arab Saudi dan Iran serta mencoba mencari solusi untuk konflik Israel-Palestina.
Sikap Cina terhadap Israel memiliki banyak sisi. Selain mengkritik Israel di media, Cina juga melihat Israel sebagai model keamanan negara. Pihak berwenang Cina mempelajari strategi Israel, terutama dalam kontra-terorisme. Menariknya, pandangan anti-Zionis yang diungkapkan oleh umat Islam di Cina dianggap ekstremis saat sentimen antisemit sedang meningkat.