Situasi Bencana di Gaza Harus Tidak Dapat Ditoleransi oleh Dunia

by -111 Views

Pada Sabtu (28/10/2023), seorang pria terlihat menggotong seorang anak perempuan setelah serangan udara di Gaza bagian utara. Jumlah korban meninggal akibat serangan sejak tanggal 7 Oktober tahun ini telah mencapai lebih dari 7.000 warga Palestina dan 1.300 warga Israel.

Mirjana Spoljaric, Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC), mengimbau semua pihak untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan penderitaan warga sipil yang tidak dapat ditoleransi di Jalur Gaza. Ia menyatakan bahwa ini merupakan kegagalan besar yang tidak boleh dibiarkan terjadi.

Selama perangnya melawan Hamas, Israel melancarkan serangan besar-besaran di Gaza. Hal ini mengejutkan Spoljaric yang melihat tingkat penderitaan manusia yang tidak dapat ditoleransi, dan ia mendesak pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk melakukan deeskalasi segera.

Spoljaric juga mengecam kehilangan begitu banyak nyawa warga sipil sebagai suatu tragedi yang menyedihkan. Ia mengatakan bahwa tidak dapat diterima bahwa warga sipil tidak memiliki tempat yang aman untuk pergi di Gaza di tengah pemboman besar-besaran, serta tanpa adanya respons kemanusiaan yang memadai saat ini.

Pernyataan Spoljaric ini muncul beberapa jam setelah Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dengan tajam mengkritik eskalasi pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza. Ia menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan. Tentara Israel telah memperingatkan penduduk Kota Gaza di utara Gaza bahwa daerah tersebut sekarang berada dalam medan perang dan meminta mereka untuk segera mengungsi ke selatan.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai oleh Hamas, serangan Israel telah menewaskan 7.703 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil dan 3.500 di antaranya adalah anak-anak.

Volker Turk, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, memperingatkan bahwa ribuan warga sipil berisiko meninggal jika Israel melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza. Konflik ini merupakan yang kelima dan paling mematikan di Gaza sejak Israel menarik pasukan dan pemukim secara sepihak dari wilayah Palestina pada tahun 2005.