Israel Tarik Dubesnya dari Turki karena Pidato Erdogan

by -139 Views

Hubungan antara Israel dan Turki telah mengalami perbaikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan dengan disetujuinya pengangkatan kembali duta besar kedua negara pada tahun lalu. Mereka juga telah memulai diskusi mengenai proyek pipa gas alam yang didukung oleh Amerika Serikat, yang dapat menjadi dasar kerja sama yang lebih erat dan berkelanjutan di masa depan. Namun, kondisi ini berubah setelah terjadinya pembantaian yang dilakukan oleh Israel dalam tiga pekan terakhir. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, meningkatkan kecamannya terhadap serangan Israel dan keputusan mereka untuk melakukan operasi militer terhadap Hamas di Jalur Gaza. Ketegangan semakin meningkat ketika negara tersebut melakukan unjuk rasa massal sebagai protes terhadap tindakan Israel.

Partai Erdogan yang berbasis Islam menggelar unjuk rasa besar-besaran di Istanbul pada tanggal 28 Oktober 2023. Menurut klaim presiden, unjuk rasa tersebut dihadiri oleh sekitar 1,5 juta orang. Erdogan menyampaikan pidato di depan bendera Turki dan Palestina, di mana ia menyebut Israel sebagai penjajah dan menuduh pemerintah Israel berperilaku seperti penjahat perang yang berusaha membasmi warga Palestina. Erdogan juga menyatakan bahwa di balik pembantaian yang terjadi di Gaza, ada peran dari negara-negara Barat yang ingin mencapai otoritas mereka di Timur Tengah melalui Israel.

Erdogan telah menjadi pendukung terkemuka dalam mendukung hak-hak Palestina selama dua dekade pemerintahannya. Awalnya, ia mengambil langkah yang lebih hati-hati setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, tetapi ia semakin vokal mengutuk aksi Israel seiring dengan meningkatnya jumlah korban tewas akibat respons militer Israel.

Erdogan juga menuduh sekutu Israel menciptakan atmosfer perang salib yang memprovokasi perpecahan antara umat Kristen dan umat Muslim. Ia mengajak untuk berdialog dan menekankan pentingnya mencapai perdamaian yang adil. Pidato Erdogan disampaikan sebagai respons terhadap protes pro-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa hari di Istanbul dan kota-kota besar lainnya di Turki yang diorganisir oleh kelompok sayap kanan dan konservatif Islam. Namun, survei Metropoll menunjukkan mayoritas responden lebih memilih agar Turki tetap netral atau mencoba memediasi dalam konflik tersebut.

Israel pun mengumumkan bahwa mereka menarik staf diplomatik mereka dari Turki setelah Presiden Erdogan melancarkan serangan keras terhadap operasi militer mereka di Gaza. Sejak tanggal 7 Oktober, Israel telah melakukan serangan di Gaza sebagai respons terhadap serangan Hamas yang menewaskan 1.400 orang Israel dan menyandera sejumlah orang. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa serangan Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 7.703 orang, sebagian besar adalah warga sipil dan banyak di antaranya adalah anak-anak. Sumber: Republika.