Israel menghadapi kesulitan dalam memperkirakan ukuran terowongan yang dibangun oleh Hamas di Jalur Gaza. Terowongan Hamas, juga dikenal sebagai “Metro Gaza”, diyakini membentang di bawah wilayah yang panjangnya hanya 41 kilometer dan lebar 10 kilometer.
Menurut juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Hamas telah membangun lapisan kedua terowongan di bawah Jalur Gaza untuk kepentingan mereka sendiri. IDF berupaya menghancurkan terowongan Hamas tersebut setelah melancarkan serangan udara. IDF mengklaim telah menghancurkan lebih dari 100 kilometer terowongan Hamas, namun Hamas mengklaim bahwa hanya 5 persen dari terowongan yang membentang sepanjang 500 kilometer tersebut yang rusak akibat serangan udara Israel. Terowongan Hamas ini diyakini lebih panjang dari London Underground yang memiliki panjang 400 kilometer dan sebagian besar berada di atas tanah.
Pembangunan terowongan di Gaza dimulai sebelum Israel menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005. Pembangunan terowongan ini semakin meningkat setelah Hamas mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza dua tahun kemudian. Keadaan ini mendorong Israel dan Mesir untuk membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar demi alasan keamanan.
Pada masa puncaknya, terdapat hampir 2.500 terowongan yang digunakan untuk menyelundupkan barang-barang komersial, bahan bakar, dan senjata oleh Hamas dan kelompok perlawanan lainnya. Namun, praktik penyelundupan ini menjadi kurang penting bagi Gaza setelah tahun 2010, ketika Israel mulai mengizinkan lebih banyak barang diimpor melalui penyeberangannya. Setelah itu, Mesir menghentikan penyelundupan dengan membanjiri atau menghancurkan terowongan.
Selain itu, Hamas dan kelompok perlawanan lainnya juga mulai menggali terowongan untuk menyerang pasukan Israel. Pada tahun 2006, kelompok militan menggunakan terowongan untuk membunuh dua tentara Israel dan menangkap seorang prajurit Gilad Shalit. Tentara Israel menemukan terowongan sepanjang 1,6 kilometer dan kedalaman 18 meter pada tahun 2013. Terowongan ini mengarah dari Jalur Gaza dekat perbatasan dengan Israel.
Menurut Dr. Daphné Richemond-Barak, seorang pakar perang bawah tanah di Israel, terowongan di Gaza digunakan oleh Hamas sebagai jalur transportasi, jalur komunikasi, serta sebagai tempat persembunyian pemimpin kelompok perlawanan Palestina. Terowongan ini dilengkapi dengan listrik, penerangan, dan rel kereta api. Hamas dikatakan telah menyempurnakan pembangunan terowongan ini setelah mempelajari taktik pejuang Suriah di Aleppo dan militan ISIS di Mosul.
IDF menuduh bahwa Hamas mengalihkan bantuan senilai jutaan dolar yang diberikan ke Gaza untuk membangun terowongan. IDF juga menuding Hamas menggunakan puluhan ribu ton semen yang seharusnya digunakan untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam perang sebelumnya.