Menlu Blinken Mengakui Perpecahan dalam Sikap Diplomat AS akibat Konflik Israel-Hamas

by -145 Views

Washington – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengakui dampak emosional dari perang antara Israel dan Hamas yang dirasakan oleh para diplomat AS. Hal ini terjadi ketika laporan media mengenai perbedaan pendapat internal mengenai cara Washington menangani konflik tersebut.

Blinken mengirim surat kepada seluruh pegawai Departemen Luar Negeri pada Kamis (19/10/2023) malam, mencatat keadaan “menantang” yang mempengaruhi korps diplomatik AS. Beberapa dari mereka merasakan “gejolak ketakutan dan kefanatikan” yang timbul akibat konflik tersebut.

Para pemimpin AS, termasuk Presiden Joe Biden dan Blinken sendiri, telah menjanjikan dukungan yang kuat kepada Israel, dan secara terbuka mendukung tindakan balasan Israel terhadap serangan mendadak Hamas dari Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober. Serangan tersebut termasuk kampanye pemboman tanpa henti di daerah yang padat penduduk.

Setidaknya satu pejabat Departemen Luar Negeri AS telah mengundurkan diri karena pendekatan pemerintahan Biden terhadap konflik ini. Pejabat tersebut, Josh Paul, mengatakan di LinkedIn bahwa dia meninggalkan jabatannya karena “tidak sepakat mengenai bantuan kami yang berkelanjutan kepada Israel”.

“Surat Blinken bukan tanggapan terhadap laporan tentang frustrasi di dalam departemennya sendiri,” kata sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Dalam suratnya, Blinken menggambarkan perjalanannya baru-baru ini ke Timur Tengah, yang membuatnya berpindah-pindah antara Israel dan beberapa negara Arab, dan mengunjungi beberapa negara tersebut beberapa kali. “Saya tahu, bagi Anda semua, saat ini merupakan masa yang penuh tantangan baik secara profesional maupun pribadi,” tulisnya dalam surat yang diperoleh oleh AFP.

Blinken menyatakan bahwa Amerika Serikat berduka atas hilangnya setiap nyawa tak berdosa dalam konflik ini. “Itulah sebabnya Presiden Biden telah menjelaskan bahwa meskipun kami sepenuhnya mendukung hak Israel untuk membela diri, cara mereka melakukannya sangat penting,” tambahnya, merujuk pada pentingnya menghormati aturan hukum dan standar kemanusiaan internasional.

“Mari kita juga memastikan untuk mempertahankan dan memperluas ruang perdebatan dan perbedaan pendapat yang membuat kebijakan dan institusi kita menjadi lebih baik,” tulis Blinken.

Surat kabar Huffington Post dalam laporannya pekan ini mengklaim bahwa pegawai Departemen Luar Negeri tidak senang dengan kebijakan AS terhadap konflik ini, dan salah satu pegawainya mengatakan kepada media tersebut bahwa ada “pemberontakan” yang sedang berlangsung.

Sumber: AFP (Republika)